Showing posts with label NGETRIP. Show all posts
Showing posts with label NGETRIP. Show all posts

Eksperimen mencoba Foto Makro dengan kamera lawas Nikon Coolpix L320

December 05, 2020 Add Comment

 Bulan Desember telah menyambangi lagi. cuaca yang kelabu dan hujan yang mulai rajin rasanya malas semakin melengkap dengan rutinitas mager, alias malas gerak. apalagi ditengah kecamuk pandemi Covid 19 yang belum juga berujung. ah apa apaan ini👀👀👀

dan kali ini saya mencoba cekrak-cekrek foto makro, tetapi berhubung masih pemula dan asal saja ya begini deh jadinya.. oiya kamera yang saya gunakan kamera digital jadul Nikon Coolpix L320. 

semoga bisa dimikmati manteman semua..


Pohon paku-pakuan di tembok


Jamur lumut kayu


Lumut tembok bulan desember


Urek-urek polo, eh ada nama lainya ditempat kalian gaes?


Kuncup bunga melati


Daun cemara lilin 

Daun cemara lilin


Embun di ujung daun adenium


Kaktus mulai bersemi, lucu ya?


Mengintip tagihan listrik bulan ini

Pohon paku terselip di dinding. seperti puisi widji thukul ya


Kuncup daun pucuk merah


Lidah sapi, Eh bener ga sih?


Pucuk daun cemara lilin

No caption

Gumuk rayap


eh si sapi....

\


Nyapu sampai RONTOK💪

Mengenal pisau dapur Koripan Klaten, legenda Carl Schliper Jawa dari bumi Rojolele

January 21, 2020 Add Comment
Dentingan besi yang beradu dengan palu baja sudah seperti layaknya gending langgam bagi sebagian masyarakat desa Kranggan, Keprabon dan Segaran. Ketiga desa di wilayah Kecamatan  Delanggu dan Kecamatan Polanharjo tersebut merupan sentra pande besi terutama untuk alat dapur dan pertanian. Satu hal yang menjadi benang sejarah masa lampau yang menyambungkan ketiga desa ini adalah nama besar Koripan sebagai trade marknya.

beberapa jenis pisau dari koripan
Dahulu Koripan adalah sebuah nama dusun yang menjadi pasar perkakas alat pertanian dan aneka rupa pisau dapur yang dihasilkan para pande besi disekitar desa setempat. Namun cerita tutur tentang dusun Koripan ternyata jauh lebih kaya dan masih menyisakan kepingan-kepingan sejarah yang tak banyak terjamah. 

Jangka waktu terbawa juga meyeret lebih dalam tentang koripan. Nama dusun yang asal musalnya dari istilah kahuriupan atau sumber kehidupan ini dulunya merupakan padusunan tinggalan dari para empu tosan aji pada abad 16. Para empu dari padusunan ini masyur menghasilkan bilah keris dengan ciri yang khas dan lazim terkategori sebagai tangguh Koripan. Keberadaan keris dengan tangguh koripan ternyata sangat jamak di pakai sebagai ageman para priagung jawa masa peralihan Demak ke Pajang hingga masa Mataram Islam.  

Dari Pande besi tangguh Koripan menjadi “pande lading” (pisau)

Cengkeraman kolonial yang semakin menggebu-gebu setelah pudar dan pecahnya kekuasaan mataram membuat keberadaan para empu tosan aji di Koripan semakin terpinggirkan eksistesinya. Rentetan perselisihan dari para penguasa penerus tahta Mataram oleh penguasa kolonial dipandang perlu untuk mengawasi para pande besi.

Dari kacamata kolonial alur logistik persenjataan pasukan yang dimiliki pembesar mataram dituding tersuplai dari tangan-tangan perkasa pengolah baja ini. Singkat cerita terpretelinya kekuasaan trah Mataram yang telah terpecah-pecah dan lemah setelah perang suksesi jawa membuat para pande besi semakin terpenjara dengan kemampuanya.

Bagi para empu besi didusun Koripan, tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan hidup yaitu dengan beralih bertani dan membuat alat perkakas pertanian serta perkakas rumah tangga khususnya pisau dapur. Mengingat sektor industri perkebunan dan pertanian menjadi teramat dominan di hari-hari cengkeraman penguasa kolonial yang akhir cerita menjadi pemenang dari horek di tanah jawa.  

Gambaran topografi wilayah Polanharja dan Delanggu merupakan lembah hijau yang terbentang antara gunung merapi dan gunung lawu. Disisi selatan terpagar pegunungan sewu yang perkasa berderet dari tepi kali opak hingga tlatah pacitan. Tak ayal wilayah ini seperti tanah emas yang tabah dengan sumber mata air membuncah menumbuh suburkan beraneka tanaman pangan. Wilayah yang subur membuat daerah Delanggu serta Polanharjo rutin menjadi andalan lumbung hasil bumi khususnya padi, palawija serta komoditi perkebunan. Disini pula varietas padi uenek dan pulen Rojolele sejak jaman dahulu endemik dan dibudidayakan.

Kembali kepada cerita keberadaan pande besi di Koripan. Sepertinya sudah menjadi catatan naluri jiwa dari para empu besi ini untuk terus menempa. secara turun temurun keahlian menempa bahan logam dari awalnya membuat tosan aji dan persenjataan lambat laun beralih menjadi membuat perkakas alat pertanian dan rumah tangga, seperti pisau dapur, sabit, bendo hingga cangkul.

Memasuki abad ke 19 kolonialisme di tlatah jawa telah membawa seabrek budaya eropa. Akulturasi diantara keduanya secara positif telah mengahdirkan budaya baru yang adaptif dengan kondisi masyarakat jawa. Salah satunya adalah lahirnya budaya indis. Dalam urusan dapur pengaruh budaya indis terpapar nyata dalam penyajikan makanan untuk suatu acara. Istilahnya rijhtaffel, atau penyajian makanan untuk suatu pesta yang menggabungkan tatacara barat dengan sentuhan menu jawa yang khas seperti menu sop dan bistik. Kedua menu ini seperti menjadi wajib dalam setiap hajatan syukuran ataupun pernikahan. Dan sudah pasti kegiatan iris-iris yang dilakukan para rewang pada sebuah hajatan menjadi corak budaya baru tersendiri.

Keseharian tuan-tuan eropa dengan segala kebiasanyaa dalam membuat perjamuan ataupun pesta ternyata diikuti juga oleh orang-orang pribumi, terutama para penggede kuasa dan pemilik trah desa atau lungguh. Bagi kalangan berduit turah. Sebuah acara pesta bisa menandakan status sosialnya. Pun juga dalam hal penyajian menu makananya serta seperangkat perabotanya. Terkhusus tentang peralatan iris-iris atau rajang-rajang dalam mengolah suatu masakan keberadaan sebuah pisau ternyata begitu penting. 

Kalangan orang kaya Eropa waktu itu banyak memilih perangkat makan macam sendok dan garpu serta pisau asli berlabel eropa dari germany untuk untuk amunisi dapur para koki baboenya. Perangkat dengan cap tempa bertulis carl schliefer solingan adalah salah satu merk jaminan mutu dan tenar kawentar yang menyediakan barang-barang perkakas dapur mahal dan berkelas wahid waktu itu.

Sepertinya bentuk pisau dapur carl schliper solingen dari produsen jerman menjadi ispirasi para pande lading di koripan untuk dijadikan standar sebuah pisau dapur. Kalau kita membelek lembaran sejarah keberadaan pisau jerman di indonesia. Maka jejak mereka mulai terekam sekitar awal tahun 1914. Saat pabrik carl schliper membuka cabang pabrik di Batavia dan Semarang. Bedanya pisau koripan dihargai lebih terjangkau karena mengguanakan bahan baku besi limbah yang waktu itu mudah diperoleh.

Pisau dapur koripanpun akhirnya mempunyai kekhasan tersendiri yaitu tajam, sentuhan akhir dengan disepuh serta model pisau menyerupai carl schlieper solingan jerman. Para empu lading dari koripan ini sejak dahulu pula sudah terbiasa memproduksi berbagai jenis pisau dapur dalam jumlah yang banyak sekaligus.
pisau dapur koripan


Namun diakhir cerita dari pisau koripan ada sesuatu yang mandeg di perjalanan kiprah pisau jowo ini. Diantaranya adalah keterbatasan pilihan bahan baku, sentuhan akhir dari bilah-bilah pisau, serta mata rantai pemasaranya sendiri. Dengan semakin membanjirnya produk-produk pisau dapur dan alat pertanian di pasaran membuat persaingan menjadi semakin rumit. Belum lagi produk-produk dari pabrikan yang didatangkan secara import semakin membuat pisau koripan tersekat bias pada segment yang semakin mengecil. Bahan baku yang kurang mitayani menjadi titik hitam bahwa pisau dapur ini untuk tidak beranjak dari kelasnya. Bahkan sampai kini pisau dapur koripan lebih lumrah menjadi pisau untuk acara rajang-rajang rewang pada hajatan di kampung serta untuk souvenir buah tangan saja.

Taman kantor pemkab klaten, Woles sejenak menikmati pendar lampu di jantung kota melati

July 24, 2019 1 Comment
Ada pemandangan yang berbeda saat melintas depan pendopo kabupaten Klaten beberapa waktu terakhir. Tiang lampu “Ting” masih gress nampak berderet-deret baris rapi seperti kompi pasukan paskibraka. Pendar lampunya yang berwarna putih mulai menyala saat senja muntuk-muntuk keharibaan cakrawala. 


Senja di taman pemkab klaten.
Suasana nampak tambah riuh semarak dengan pemandangan aktifitas beberapa muda-mudi. Sepertinya mereka tengah asyik memainkan kamera handphonenya untuk swafoto. 

Ceklek-ceklik, begitu kira-kira bunyinya. nampak dari mereka asyik ha hi hi terdengar sembari duduk-duduk di kursi cor made in batur jaya ceper klaten. Ceritanya di tempat ini gayeng regeng saban sore hampir setiap harinya.

Tempat yang dimaksud adalah taman trotoar halaman Pemkab. Klaten. Trotoar yang dalam beberapa tahun yang lalu masih biasa saja dan lugu, sejak akhir tahun 2018 lalu tengah disolek, di make over  untuk menjadi semacam taman padestrian. Konon menurut irah-irah Bu Bupati  pedestrian di ujung pencit jalan pemuda selatan ini berkonsep taman bunga “jadoel” beraneka warna.  Nah ndilalah sekarang  ini tengah moncer-moncernya tempat ini. Tak  ayal langi sejak awal tahun lalu makin jamak saja menghiasi laman foto sosmed kawula muda klaten dengan latar taman Pemkab. Klaten. Ceritanya spot intagramable bin viral. 
Hla kok yo saya ikut-ikutan kepo juga akhirnya.

Numpang nguping yak... 

Setelah sekian purnama Cuma tengak tengok, plengas-plengos saat melintasi ujung jalan pemuda selatan, akhirnya pekan lalu kesampaian juga icip-icip kursi legendaris di bawah tiang lampu “Ting” kencar-kencar. Maksudnya menyambangi taman pedestrian halaman pemkab klaten om bro..

Tempatnya lumayan syahdu, lampu “ting” yang jumlahnya puluhan nampak sumeblak. Ini membuat ikon baru warga klaten  tersebut  terlihat berbeda dibandingkan waktu sebelumnya. 

Nah kalau begini kan titah slogan Klaten bersinar kan nyata benar adanya..byar byar...


Kota Lama Semarang, kota kecil Belanda di pinggir laut jawa

April 11, 2019 3 Comments
Di salah satu selasar teras societeid yang tersohor di oudstadt tepat dijantung kota Semarang sekerumun tuan-tuan necis dengan jas putihnya nampak geglenikan sambil cekikikan. sesekali mereka meneguk anggur merah asli eropah yang aduhai sambil menyeriusi bacaan surat kabar yang dipegangnya. beberapa jongos nampak wira-wiri sambil membawa nampan gelas ting yang sudah tertuang minuman merah. Sambil tengak-tengok mereka mencari sumber suara para tuan meneer yang menghardik minta nambah minum. Tak lupa lagu-lagu dansa-dansi riuh rengeng-rengeng dimainkan secara khusus oleh grup musik yang disewa oleh memilik societeid.

Pemandangan dan suasana syurga eropa selalu begitu setiap harinya selama berpuluh-puluh tahun di kota yang juga terkenal dengan sebutan little nederlands ini. sore yang gembiraria seolah seperti rutinitas yang paling ditunggu para pembesar kolonial dan kaum borjuis pribumi ditengah kesumpekan sepanjang minggu. Cheer meneer!!

Tapi entah mengapa akhir pekan itu suasana gembiraria tak begitu nampak. Beberapa dari mereka nampak serius dengan surat kabar yang ditentengnya dimeja. Kata umpatan muncuk-muncuk fasih terdengar sambil menunjuk-nunjuk sebuah artikel disurat kabar tersebut. Overdomste!! Kira-kira begitu, situasinya di kota lama di semarang sesaat sebelum resesi ekonimi tahun 1920an.

Kesewotan para tuan kolonial ini semakin memuncah saat seorang pemuda ingusan dengan logat bahasa belanda cas cis cus bernama Semaun menelanjangi ketidakadilan para pimpinan perusahaan spoor en tramwegpersoneel di semarang.

Hampir semua pembesar perusahaan perkeretaapian terbesar di jawa itu adalah orang belanda totok dan tinggal uenak di oudstadt. Cilakanya pekara protes masalah duurstetuslag atau gaji yang menurut semaun dkk jauh sangat rendah dan timpang dimuat secara gambling bin cetho di koran terbitan lokal Kaoem Moeda 7 Maret 1923.

Tak hanya itu, semaun yang merupakan sekretaris VSTP (organisasi serikat buruh kereta api semarang) mengancam akan mengerahkan semua pegawai dan buruh perusahaan hindia belanda untuk mogok total jika tuntutan kelayakan duurstelag tidak dipenuhi.

Begitulah gambaran kekemropokan para tuan-tuan meneer yang menghuni little Nederland at semarang menjelang pemogokan buruh terbesar dalam sejarah Hindia Belanda..Gegeran gede ceritanya.

Sik sik sebentar, oudstadt atau little Nederlands itu dimanakah? sebutan little nederlands kala itu merujuk pada tempat bernama kota lama di semarang. Kota lama adalah sebuah kondominium megah yang dibangun oleh hindia belanda pada akhir abad ke 18. dan berfungsi sebagai tempat hunian dan pemukiman pembesar Belanda yang bertugas di negeri timur jauh.

Maka dari itu dibuatlah komplek kota yang semirip mungkin arsitekturnya dengan kota-kota di Eropa. Tujuanya jelas agar para pembesar kolonial ini tetap betah dan homy tinggal bertahun-tahun di Hindia Belanda, tanpa sedikitpun merasa sebagai pejabat buangan dari kerajaan Belanda

Dalam perkembanganya hampir 2 abad lamanya kota lama atau oudstadt menjadi  kota paling penting di jawa. Bahkan menjadi pusat perkantoran dan perdagangan pemerintah Kolonial pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Dengan luas komplek sekitar 31 hektar maka untuk memberikan jaminan keamanan bagi warga Belanda yang tinggal di sini, maka dibangun pula benteng besar modern bernama Vijhoek.

Kehadiran benteng ini selain sebagai pelindung kota, juga sebagai akses tunggal sehingga tak sembarang orang yang bisa memesuki komplek mewah ini.


Saat ini di komplek Kota lama hanya ada sekitar 50an bangunan bergaya eropa abad 17 yang masih tersisa. Bangunan beratap unik dengan pintu dan jendela super jumbo, serta ornament kaca art deko warna-warni semakin menegaskan suasana khas kota Eropa tempo dulu di tempat ini.

Jalan utama di komplek kota lama juga sangat khas bergaya eropa, tegel beton atau paving blog yang disusun sedemikian rupa berjajar rapi diantara bangunan tua yang gagah menjulang.

Menyusuri jalan yang mengitari komplek ini, serasa memebawa kita ke suasana Eropa beneran, tentunya minus udara hot khas semarang yang alpa di eropa sono.

Sedangkan sebagai pusat kota lama atau titik nolnya komplek ini adalah gereja blenduk yang legendaris itu. gereja bertanda tahun 1753 ini sampai sekarang menjadi ikon kota lama dan sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah.
 feel like Holand madam...

Candi Morangan, secuil harmoni di pereng kali Gendol Sleman Yogyakarta

April 04, 2019 1 Comment
Keberadaan candi-candi yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah mengisyaratkan adanya kebudayaan yang berlatar religiusitas dimasyarakat. 

Jejak-jejak peninggalan bangunan tersebut menunjukan bahwa ritus keagamaan sudah berdenyut sejak lampau. Sebagai sebuah peninggalan sejarah secara etimologi keberadaannya merupakan representasi pemujaan masyarakat sekitar terhadap para dewa dan leluhur, baik itu yang bercorak Hindu maupun Budha.

Seperti keberadaan situs Candi Morangan, yang berada di wilayah Desa Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Candi ini diperkirakan merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno yang bercorak Hindu yang dibangun pada masa dinasti Sanjaya abad 9-10 masehi.

Satu hal yang menarik dari candi Morangan ini adalah kemiripan lanscap utuh candi yang berada dibawah tanah, hal ini sama seperti candi Sambisari dan candi Kedulan yang merupakan candi bawah tanah.  Saat pertama kali ditemukan pada tahun 1884 candi ini hanya nampak kuncup candinya saja. Sedangkan badan candi terpendam 6,5 meter di bawah tanah.

Relief candi morangan https://fanfanorange.blogspot.com
relief patung dewi durga di candi morangan


Terkuburnya candi Morangan selain karena bentuk candi yang menjorok kebawah juga tidak lepas  kaitanya dengan aktifitas erupsi gunung merapi di masa lalu. Lokasi candi sendiri hanya berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi. 

Selain itu tak jauh dari candi morangan tepatnya 100 meter ketimur terdapat sungai Gendol yang menjadi jalur aliran. Bahkan beberapa situs batu yang masih ada kaitanya dengan candi morangan sampai saat ini masih berada di bibir sungai gendol.

Tantri Kamandaka di candi Morangan
Tidak terlalu megah dan besar memang ukuran dari candi Morangan karena hanya hanya memiliki selasar candi selebar sekitar 90m dan hanya terdiri dari dua buah bangunan yaitu 1 candi induk dan 1 candi pewara.  Bahkan sampai saat ini candi morangan belum sepenuhnya dipugar dan masih berupa reruntuhan. 

Namun satu hal yang menjadikan candi Morangan ini sangat unik dan layak dikunjungi adalah adanya relief Tantri Kamandaka di salah satu penel reliefnya.


https://fanfanorange.blogspot.com
relief tantri kamandaka harimau dan kambing

Relief tantri kamandaka sendiri menceritakan tentang terperdayanya seekor harimau yang perkasa oleh seekor kambing yang lemah. Keberadaan panel relief tantri atau cerita tetang dunia hewan di candi Morangan cukup unik karena biasanya relief tantri kamandaka hanya didapati pada candi bercorak Budha seperti candi Mendut dan candi Sojiwan. 

Hal ini memperlihatkan bahwa telah terjadi akulturasi budaya secara halus antara ajaran budha dan hindhu pada masa mataram kuno.


Candi terdekat dengan gunung merapi
Berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi Membuat candi Morangan berpredikat sebagai situs candi terdekat dengan gunung merapi. Selain itu keberadaan candi yang tidak jauh dari aliran sungai gendol membuat cagar budaya ini termasuk rentan dari dampak erupsi gunung merapi.


https://fanfanorange.blogspot.com
papan informasi di penampungan BCB Gendol

Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi candi Morangan, karena hanya berjarak sekitar  9 km dari jalan jogja-solo atau jln Laksda Adi Sucipto Kalasan. dari jalan jogja- solo di kalasan  lurus keutara ke arah Cangkringan. 

Sampai perempatan apotik Aditama ambil ke kanan lurus ikuti jalan tersebut sampai ke arah sungai gendol. Tepat sebelum sungai gendol ada patung semar di kiri jalan. Dari patung ini tiggal ke utara sekitar 800 meter maka akan sampai ke lokasi candi Morangan.

https://fanfanorange.blogspot.com
detail arca di candi morangan

https://fanfanorange.blogspot.com
relief dinding candi

Masuk ke lokasi candi Morangan tidak dipungut biaya alias gratis. Kita hanya diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas. 

Oiya, jika kalian mengunjungi cadi baiknya perhatikan peraturan-peraturan yang ada ya, seperti dilarang corat-coret atau vandal, tidak buang sampah sembarangan dan tidak merusak bangunan candi.
salam
https://fanfanorange.blogspot.com



Arung Jeram di sungai Elo Magelang, cerita perahu kandas di balik rimbun bambu Mendut

March 30, 2019 1 Comment


Akhirnya acara menuntaskan hajat penasaran rafting di sungai Elo Magelang, tunai sudah di akhir pekan. Pagi itu chat WhatsApp clang-cling berbunyi saat saya memulai perjalanan menuju jogja. Sesekali saya membuka chat grup dengan banyak pesan yang sudah menumpuk, saya pun akhirnya menepikan motor untuk membalas satu-satu percakapanya. 

Credit foto FB Yang Tercinta Ochin
Salah satu chat paling atas terbaca,
 “Sampai mana?sudah ditunggu oie,” 
sayapun asal jawab saja.
“10 menitan lagi sampai" 
Lalu memasukkan gadget ke saku tanpa menghiraukan percakapan dibawahnya.
Benar saja saya termasuk anggota yang paling belakang sampai. Duh..

Setelah beres-beres bekal yang akan di bawa rombongan. Tepat pukul 11 kami beriringan berangkat dari jogja menuju kota Magelang, tepatnya menuju titik kumpul pemberangkatan rafting sungai elo di rumah makan Rejosari, desa mendut magelang. Karena kebetulan kita serombongan dapat slot rafting siang atau mulai jam 13.00 WIB.

Setelah segala persiapan peralatan sudah beres dan lengkap mulai rompi pelampung, helm, kayuh dan perahu karet siap, kamipun digiring masuk ke mobil angkut. Kita-kita nglancer berangkat..

Wajah-wajah tegang nampak, walaupun sesekali candaan konyol terlontar dari kami. Maklumlah kami-kami ini kurang pigenik dan ini pengalaman pertama berjeram ria.


https://fanfanorange.blogspot.com


Mobil angkot tua inipun ngebut melaju, selap-selip di jalan kecil, seperti kalap dikejar timer dipengkolan. riuh ketawa kami berlalu saat mobil berhenti di titik pemberangkatan jeram. Dan..akhirnya waktu itupun datang, setelah briefing safety tools, maksudnya pengenalan alat-alat, serta fungsinya, tak lupa tips darurat saat krisis selama rafting. Kamipun dipersilahkan untuk menuju tempat foto, pastinya foto-foto kenangan dong, lalu lanjut acara sakral doa bersama, dan capcus ke sungai..
https://fanfanorange.blogspot.com



Sedikit cerita tentang sugai Elo magelang yang memiliki bentang panjang sekitar 12km. 
sungai Elo merupakan anak sungai Progo yang membelah magelang. Karakter aliran sungai elo ini cukup tenang dan datar. Namun variasi kelokan sungai yang banyak, jeram yang kimplah-kimplah serta bebatuan besar yang memecah aliran sungai sudah cukup menguras nyali kok.  

Ada sebanyak 5 jeram yang dilalui selama rute rafting dan masuk kategori di skala angka 2-3. artinya masih ramah untuk pemula. 

Butuh waktu 2,5 - 3 jam untuk menuju garis finish di jembatan Blondo. Jangan salah, selama perjalanan rafting kita akan di suguhi kejutan-kejutan drama tak terduga, sehingga 3 jam perjalanan tidak akan terasa lama.    

Kamu harus basah
Dengan dipandu oleh seorang skipper disetiap perahu karet, kamipun perlahan di dorong ketengah aliran sungai. Dititik awal pemberangkatan bidang sungainya cukup lebar  bin jembar, selain itu aliranya lumayan tenang. 

Harus ekstra ngotot mendayung sampan untuk mendapatkan kecepatan perahu agar sedikit melaju. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Balapanpun dimulai, perahu karet yang kami tumpangi satu persatu saling susul dan saling jegal antar rombongan. Mase skipper mulai beraksi mencairkan suasana dengan mengerjai dan memprovokasi serangan air, yaitu dengan mengkibaskan dayung ke air dan diarahkan ke wajah peserta lain. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Satu kesepakan wajib..semua harus basah!!

Setelah saling serang bertubi-tubi, pandangan kami terhenti. Nampak didepan kami air beriak tak karuan disela batu-batu besar. 
Lumayan deras dan sedikit curam aliranya. 

“didepan kita jeram pertama dari rute perjalanan ” 

"setelah melewati turunan air mohon dayung diangkat keatas ya!” seru mase skipper sambil memberikan aba-aba. 

Byuer!!!, perahu melaju kencang melibas jeram berbatu cadas. terasa benar gesekan bawah perahu menghantam batu. 


Perahu kami oleng dan bergetar sesaat, sontak sepontan kita-kita teriak kegirangan. Eh ternyata moment tersebut selalu terkeker fotografer yang sudah menanti kedatangan perahu-perahu karet yang kami tumpangi.


https://fanfanorange.blogspot.com

selain menjadi saksi sensasi rafting di sekujur jeram sungai Elo kami serombongan juga  dengan leluasa menyaksikan bagaimana aktivitas keseharian masyarakat di sepanjang aliran sungai. Beberapa anak-anak mendut tampak bermain ciblon di aliran sungai, tentunya denga tawa tulusnya yang menggema. Nampak pula beberapa pemancing mania  yang duduk nglaras katrem didepan jorangnya. 


Menurut penuturan petugas pemandu rafting, aliran sungai elo memang menjadi endemik ikan-ikan khas air tawar, seperti tawes atau bader dan mujaer yang ukuranya terbilang lumayan besar-besar.


Benar saja beberapa kali ikan-ikan tersebut nampak meloncat ke udara saat perahu melewati kerumunan ikan tersebut. oiya satu lagi satwa yang juga banyak di aliran sungai elo yaitu biawak. Biawak? Iya, predator ikan ini akan banyak dijumpai disepanjang aliran sungai elo. Bisa jadi karena aliran sungi Elo yang cenderung kalem membuat ikan-ikan air tawar mudah berkembang biak, dan naluri biawak-biawak liar yang gemar menyantab ikan air tawar tersebut membuatnya nyaman mendiami tempat ini dan akhirnya beranak pinak ditepian sungai. Ngeri-ngeri sedap oie


Salah satu spot sungai Elo yang mebuat saya sangat takjub adalah dibagian aliran yang menyempit berkelok dengan dinding sungai menjulang. Guratan padas keras yang menggendong wungkul pohon bambu Ori yang rimbun melamunkan angan saya pada Grand Canyon. Elho.lho.. Sudah pernah ke Grand Canyon mas? saya mah cuma tahu dari tipi klo itu memang mirip Grand Canyon. duh..

di area ini lebar sungai lumayan sempit sehingga hanya muat satu perahu untuk lewat. selain berkelok-kelok aliran airnya ternyata juga lebih deras. berkali-kali perahu yang kami  tumpangi membentur keras kedua sisi dinding padas sungai. spining-spining gayeng pokoknya.

Tak terasa sudah lebih dari 1 jam perjalanan jeram di sungai elo, otot lenganpun rasanya sudah mulai metenteng. haus yang menggantung dikerongkongan rasanya semakin menjadi saja. Padahal sudah beberapa kali ngicipi tanpa sengaja air sungai yang anyep-anyep sepet. 

Untunglah mase skipper memberi aba-aba untuk menepikan perahu. 

"kita sudah sampai di separuh perjalanan, di bibir sungai sudah disedian minuman dan snack, monggo-monggo" kata mase skiper.


Aneka snack tradisional dan kue basah telah tersaji di wadah Tempah yang sudah disediakan. Sekitar 15 menit kami beristirahat sambil menikmati air kelapa yang legit dan segar.


Kandas

Etape selanjutnya pun dimulai setelah jeda. Pada bagian ini biasanya ada drama yang disajikan oleh tim skipper untuk menggayengkan suasana.
Mulai mentarget peserta lain untuk di ceburkan ke air, hingga perahu yang sengaja dibalikkan oleh skipper sehingga semua penumpang ambyur, Byur...


https://fanfanorange.blogspot.com

ketika melewati area spot yang alirannya tenang kita dipersilahkan untuk berenang atau sekedar ngeli kungkum mengikuti aliran air. Jian sudah sudah mirip buris rowo !!!

Jeram di etape kedua ini tak kalah menantang. aliran sungai yang lebih lebar, dan beberapa jeram mempunya karaktrer lebih panjang. Adrenalinpun  terpacu untuk adu sprint dengan rombongan lain. 

sepertinya nasib kurang beruntung menggelayuti perahu karet kami. perahu yang kami tumpangi mengalami kebocoran huebat saat menghantam batu terjal. kamipun terseok-seok kandas. dan jauh tertinggal. 
beberapa kali kami menepikan perahu untuk ngompo tambah angin. hadeuh buyar nomuro uno dech.. 

"Ra papa. serunya malah jadi cerita to" kekeh mase skipper yang sepertinya mensengaja atas drama bocornya perahu kami.


Menjelang  finish point di jembatan Blondo ada satu pemandangan yang sangat menarik mata saya, yaitu batu berukuran besar dengan bekas tapak raksasa. 


konon jejak di batu tersebut adalah tapak Budha. Lokasi batu tapak Budha berada di pinggir sungai Elo, tepat di belakang Vihara Budha Mendut. 


Setelah melewati batu tapak Budha tersebut dengan susah payah kami meminggirkan perahu di finish point. Perahu yang kami naiki saat itu sudah nyaris karam. Walah..


dan dipenghujung usai akhirnya petualangan rafting disungai Elo pun selasai. cerita raftingpun tunai sudah dengan sumringah dan ditutup dengan koor tawa kami bersama.

Kewer bosku...  

Pantai Watu Bolong Gunung Kidul, Pantai Eksotik dengan Hamparan Padang Hijau

March 24, 2019 1 Comment
Gugusan pantai di sisi selatan kabupaten Gunung Kidul yang ngrenteng berderet-deret sepertinya tak habis-habis menggurat cerita. ada saja cerita unik yang tersaji setiap kali menyapa pantai-pantai kota Tiwul ini. ada satu pantai yang masih sedikit asing dan tersembunyi tetapi layak di jadikan tujuan ngetrip tipis-tipis. diantaranya adalah Pantai Watu Bolong yang berlokasi di Jalan Drini Tim, Banjarejo, Tanjungsari, Gunung Kidul.

Team hore hore

Pantai ini terbilang masih baru dan belum banyak terjamah. Tidak seperti pantai BKK (Baron, Krakal, Kukup) yang setiap akhir pekan dan musim liburan dipenuhi para pelancong, Pantai Watu Bolong sepertinya masih bibiarkan sendirian menyepi.

Beda ceritanya bagi penggila ngechamp di pantai, pasti tak asing dengan pantai Watu Bolong. istilahnya pantai ini sangat "ngechampable"
Lokasi pantai Watu Bolong terbilang nyempil dan tak terlalu luas. Terselib di antara pantai Ngrumput dan pantai Drini dan terkungkung dua bukit dan tebing yang cukup tinggi di kedua sisinya, mungkin hal ini yang membuat tempat ini jarang tersinggahi. salah satu bukit bukit yang menjulang itu adalah bukit Kosakora yang sudah kondyang duluan.
"Padang savana" sekaligus champing ground

Bibir pantai berpasir putih bersih serta terdapat banyak batu karang yang tersebar lengkap dengan satwa endemiknya membuat pantai Watu Bolong sangat eksotik dan cocok untuk memanjakan mata. Apalagi di sisi kanan terdapat gugusan karang besar berlubang dan berongga (bolong-bolong) sepertinya menambah kesyahduan saat menuntaskan moment sunset.

aih... kalau manteman ingin ciblon bin kungkum, wah kurang yo'i deh kayaknya. apalagi pas ombak sedang besar, bisa-bisa malah babak bundas badanya.

Satu lagi yang unik dari pantai Watu Bolong dan mungkin tak banyak dimiliki pantai-yang lain yaitu adanya hamparan padang rumput layaknya sabana belantara yang lumayan luas.
jadi ingat lapangan di serial film Teletubbies itu lho..berpelukaaaaan****

Nah tanah lapang ini biasanya dijadikan tempat ngecamp atau kamping yang asyik. selain itu tempatnya yang datar dan lebih tinggi dari bibir pantai membuat pantai watu bolong sangat ideal untuk aktifitas kamping karena aman dari terjangan air laut saat pasang.

Akses menuju pantai Watu Bolong
Karena lokasi pantai yang lumayan masuk ke dalam terutama dari jalan besar (Jalan Drini Tim) dan masih satu jalur dengan arah menuju pantai Ngrumput. Akses masuk area pantai dari lokasi parkiran masih berupa jalan setapak, naik turun pematang bebatuan dan melewati Tegalan atau kebun warga.
Jika belum pernah datang kesini, menyusuri jalan setapak menjadikan perjalanan seperti tebak-tebakan berhadiah. Apalagi kalau kurang beruntung alias nyasar bisa-bisa tujuan ke pantai Watu Bolong malah ketemunya pantai Ngrumput. begitu juga sebaliknya. waduh..
sebaiknya bertanya ke penduduk sekitar saja deh..


Tumbak cucukan, mencari jejak di jalan setapak

Seperti cerita pengalaman tak sengaja beberapa waktu lalu, saat ber Ri'lah bersama manteman dari gank perahu jogja. Tujuan awalnya ke pantai Ngrumput, eealah karena terlalu bersemangat malah nyasar ke pantai Watu Bolong.



Beruntung banyak hikmah yang didapat, dengan salah tujuan tersebut. kita-kita bisa main sepak bola dan Gobak Sodor sampai kewer-kewer..eh kok malah curcol duh biyung....akses lokasi!!!!!

Jalan menuju ke pantai Watu Bolong sedikitnya ada dua jalur yang bisa ditempuh. pertama via pantai Drini, yaitu dengan berjalan kaki kearah timur pantai dan menaiki bukit, tenang sudah ada jalan setapaknya.
Jalur ini lumayan membuat berkeringat bray.. tapi sebanding kok dengan pemandangan serta semilir angin di atas bukit.

Dari atas bukit ini pantai watu bolong sudah klebet- klebet ngawe-awe. indah pada akhirnya....

Jalur ke dua adalah via jalan arah pantai Ngrumput lewat jalan drini tim, sampai ketemu penginapan bukit indah. nah.. sebelah barat penginapan ada tempat parkir dan penitipan sepeda motor, tentunya jika manteman bawa kendaraan bisa diparkirkan disini.
Selanjutnya melanjutkan perjaalanan dengan jalan kaki timik-timik.
Jalan di gunung kidul halus mulus yak..

Perjalanan dari tempat parkir untuk sampai ke pantai sekitar 10an menit. rute ini melewati jalan setapak, dan tegalan atau ladang warga. baru setelah itu kita akan menjumpai padang savana... eh tanah lapang berumput.

Glar...glar....glar dari padang rumput ini suara gemuruh pantai Watu Bolong sudah terdengar. riak ombak beradu keras dengan karang seperti bersorak menyambut...Selamat datang......









  

Ngopi kopi merapi di Kopinggirjalan, cara unik menikmati malam syahdu di klaten

January 11, 2019 1 Comment
Semerbak harum tercium kuat diujung hidung saat teko kecil berisi air mendidih jatuh mengucur ke gelas tuang, dengan cekatan layaknya barista pro lengkap dengan segala perniknya, diajaknya teko kecil itu menari sembari membasahkan ke ceruk kopi merapi yang sudah digiling, uap harum yang mengepul seperti memilin-milin otak kanan dan kiri untuk sedikit kendor dan rilexs.

kopi merapi khas klaten serasa ngawe-awe untuk segera disruput.
"proses dalam menyajikan kopi, sentuhan menyeduh kopi adalah yang paling krusial mas, karakter aroma dan rasa kopi asli bakal keluar" seru mase dengan topi koboi khasnya kepada seorang yang sudah antri duduk manis diselasar warung kopi bajajnya. saya yang nguping dari arah lain hanya bisa ndomblong..ooo ngono to..


Maklum gaes, soal perkopian selama bertahun-tahun saya hanya tahu kopi sacetan. itupun sebatas mulai dari yang tanpa ampas sampai yang pekat pait berampas mirip-mirip jagung gosong yang saya tahu (hadeuw.. kupret-kupret), namun soal kopi model roasting ginian saya benar-benar zong Besar kakak...

Jauh sebelum budaya ngopi membersamai generasi kekinian sekarang ini, sekelumit cerita dari jaman kolonial menggantung ngawe-awe. Cerita lama tentang biji buah syurga bernama kopi jenis robusta yang mulai ditanam di lereng gunung merapi.

kegandrungan ngopi orang-orang belanda dan eropa yang bekerja tersebar di perkebunan diwilayah vorstenlanden, membuat dipandang sangat perlu untuk membuka lahan perkebunan secara khusus untuk tanaman kopi dan hanya diperuntukkan untuk kebutuhan pekerja dan pembesar eropa di klaten. Keseriusan ini terrekam dalam Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1901 No. 108 tentang perintah pembukaan sentra perkebunan di wilayah klaten.

nama dusun Kopen di Desa Sidorejo, Kemalang Klaten, menurut jejak sejarahnya merupakan padusunan tempat perkebunan kopi di sebelah tenggara gunung merapi. masyarakat sekitar menyebutnya kebon kopi londo atau perkebunan milik belanda.

Selama mereka bekerja diperkebunan tersebut mereka dilarang keras untuk mengambil buah kopi. pun juga saat kebun kopi itu ditinggalkan pemiliknya. masyarakat didusun kopen tetap menanam pohon kopi namun hanya sebagai tanaman sambilan belaka.

seiring waktu,  warna penguasa negeri telah berganti, timbul dan tenggelam wajah rezim dinegeri inipun ternyata tak mampu mengubah nasib pait getir nelangsa petani kopi dilereng merapi. weleh-weleh...wis wis wis....hooooop.

percaya atau tidak, booming film filosofi kopi pada tahun 2015 ternyata menyeret budaya ngopi menjadi trigger bangkitnya dunia perkopian. tentunya tahun tersebut juga menjadi titik balik bangkitnya kopi merapi dari klaten ini bersanding dengan kopi kopi legend di nusantara seperti Gayo, bahkan kopi Toraja.

yeah...penasaran dengan rasa kopi klaten?atau sekedar ingin ngopi sambil menziarahi kenangan malam syahdu di klaten? jangan khawatir, merapat saja setiap petang di pojok alun-alun klaten. mase koboi kopinggirjalan bersama gerobak bajajnya mangkal dengan syantiknya.

namun alangkah baiknya kepoin dulu IG kopinggirjalan sebelum merapat ngopi, sapa tahu yang punya kedai sedang menunaikan ritual Rihlah...
hehehe...seduh kopimu sudahi sedihmu...

 ig kopinggirjalan

thank mas Icun kopinggirjalan, saiya nguping wkwkwk

Los Mbako Vorstenlanden di klaten, romansa Jawa dari sebatang cerutu di Eropa

December 05, 2018 Add Comment
Semilir angin langit sore kembali menuntun kaki telanjangnya ditanah basah
gurat kerut kulit punggungnya yang legam lebih terlihat dari pada wajah-wajahnya yang lelah
gending kehidupan telah menuntun sanubarinya menjalani garis-garis sang widi
waktu itu sekedar laku dari apa yang sekarang sampai apa yang terjadi esok hari
dan ia masih sama seperti dulu,masih tetap buruh tembakau cerutu 

Bangunan besar beratapkan daun tebu (rapak) seperti menyembul diantara petak-petak sawah yang ditanami padi yang masih hijau. srek srek srek suara angin yang meniup atap rapaknya seperti melodi yang mengantar kita angler..walah walah..opo to..


Kalau mas dab sekalian pernah lewat di areal persawahan di wilayah kebonarum atau wedi di kabupaten klaten pasti akan menjumpai bangunan kotak besar ini. umumnya berukuran sekitar panjang 100 meter, lebar 20 meter dengan rangka bambu petung yang gedi-gedi  nampak ngograng-ograng.

nama bangunan ini adalah los atau ngelos dari bahasa belanda loods, milik PTPN X dan sampai sekarang masih digunakan saat musim produksi tembakau. nah fungsinya los ini apa? ternyata los ini punya fungsi yang sangat penting mas dab.

selain sebagai tempat pengeringan daun tembakau yang sudah diunting, ternyata los ini sekaligus sebagai tempat fermentasi. lembaran daun tembakau yang terfermentasi dan kering secara alami didalam los ini menentukan kualitas tembakau cerutu yang dihasilkan.

Tumbuhnya industri perkebunan tembakau di wilayah vorstenlanden termasuk di klaten dimulai sejak 1820an kala itu VOC bekerja sama dengan penguasa lokal, namun direntang tahun itu sejumlah aturan feodal yang masih kuat membuat komoditi tempakau kurang berkembang.

baru setelah adanya peraturan penghapusan tanah lungguh yang dikuasai bekel atau apanage diganti dengan sistem sewa para pemodal swasta khususnya dari eropa mulai mencengkeram sektor industri perkebunan.

Tembakau cerutu yang laris manis di eropa semakin meluas ditanam di wilayah vorstenlanden oleh pabrik-pabrik milik belanda. berbeda dengan jenis tembakau rajangan atau yang lebih dikenal dengan tembakau srintil, temabaku cerutu ini memerlukan perlakuan khusus, selain itu melibatkan pekerja perkebunan dalam jumlah yang besar.

maka berubahlah pola pola kerja masyarakat/petani disekitar perkebunan vorstenlanden. dari buruh tani menjadi buruh perkebunan temkakau. kumbung-kumbung los mbako sejak saat itulah mulai rutin dibangun saat musim tanam tembakau.

Tetap eksisnya perusahan perkebunan sejak masa kolonial sampai sekarang memperlihatkan bahwa industrui tembakau cerutu sejak dulu sampai sekarang masih punya prospek cerah. konon kabarnya cerutu vortenlanden hanya kalah tenar saja dari cerutu kuba, wow..

lalu bagaimana nasib petani dan buruh tembakau ini?dinamika pasang surut hubungan para buruh dan pembesar perusahaan tembakau tentunya pernah panas dingin terjadi.

Tuntutan kesejahteraan para buruh dan perbaikan perjanjian sewa pemilik lahan acapkali hangat-hangat pedes pada masa kolonial dulu. pemogokan buruh besar-besaran yang berlatar belakang ekonomi ditambah masa pagebluk pertanian pada rentang waktu 1917-1924 di wilayah klaten sempat membuat industri perkebunan goyah dan terganggu.

Sayangnya cerita pilu dari sisi lain harumnya asap cerutu vorstenlanden tidak banyak diketahui khalayak umum. kemiskinan serta ekploitasi perkebunan tembakau yang berlebihan membuat petani dan buruh perkebunan di vorstenlanden semakin menderita.

menanam padi sebagai sumber bahan makanan dan pendapatan seringkali harus dikalahkan dengan terus menanam komoditas perkebunan (tembakau dan tebu). para petani dan buruhpun dengan terpaksa tanpa bisa menolak menuruti kemauan pemilik perkebunan.

akibatnya buruh dan petani di vorstenlandenpun terjerat utang dilingkaran rentenir, karena penghasilanya tidak lagi mencukupi.

Sekali lagi los mbako ini akan selalu menyimpan sejarah panjangnya dari generasi kegenerasi, tentunya selagi kita mau mengenalnya. tidak hanya menjadi los mbako yang eksotik dan unik yang hanya jadi bagian bingkai foto bisu semata, tetapi ada suatu nilai yang didapat saat kita kembali mengenalinya.

Ah...Lost mbako yang lara, adakah yang pernah berjumpa?




Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..