Showing posts with label klaten. Show all posts
Showing posts with label klaten. Show all posts

Mengenal pisau dapur Koripan Klaten, legenda Carl Schliper Jawa dari bumi Rojolele

January 21, 2020 Add Comment
Dentingan besi yang beradu dengan palu baja sudah seperti layaknya gending langgam bagi sebagian masyarakat desa Kranggan, Keprabon dan Segaran. Ketiga desa di wilayah Kecamatan  Delanggu dan Kecamatan Polanharjo tersebut merupan sentra pande besi terutama untuk alat dapur dan pertanian. Satu hal yang menjadi benang sejarah masa lampau yang menyambungkan ketiga desa ini adalah nama besar Koripan sebagai trade marknya.

beberapa jenis pisau dari koripan
Dahulu Koripan adalah sebuah nama dusun yang menjadi pasar perkakas alat pertanian dan aneka rupa pisau dapur yang dihasilkan para pande besi disekitar desa setempat. Namun cerita tutur tentang dusun Koripan ternyata jauh lebih kaya dan masih menyisakan kepingan-kepingan sejarah yang tak banyak terjamah. 

Jangka waktu terbawa juga meyeret lebih dalam tentang koripan. Nama dusun yang asal musalnya dari istilah kahuriupan atau sumber kehidupan ini dulunya merupakan padusunan tinggalan dari para empu tosan aji pada abad 16. Para empu dari padusunan ini masyur menghasilkan bilah keris dengan ciri yang khas dan lazim terkategori sebagai tangguh Koripan. Keberadaan keris dengan tangguh koripan ternyata sangat jamak di pakai sebagai ageman para priagung jawa masa peralihan Demak ke Pajang hingga masa Mataram Islam.  

Dari Pande besi tangguh Koripan menjadi “pande lading” (pisau)

Cengkeraman kolonial yang semakin menggebu-gebu setelah pudar dan pecahnya kekuasaan mataram membuat keberadaan para empu tosan aji di Koripan semakin terpinggirkan eksistesinya. Rentetan perselisihan dari para penguasa penerus tahta Mataram oleh penguasa kolonial dipandang perlu untuk mengawasi para pande besi.

Dari kacamata kolonial alur logistik persenjataan pasukan yang dimiliki pembesar mataram dituding tersuplai dari tangan-tangan perkasa pengolah baja ini. Singkat cerita terpretelinya kekuasaan trah Mataram yang telah terpecah-pecah dan lemah setelah perang suksesi jawa membuat para pande besi semakin terpenjara dengan kemampuanya.

Bagi para empu besi didusun Koripan, tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan hidup yaitu dengan beralih bertani dan membuat alat perkakas pertanian serta perkakas rumah tangga khususnya pisau dapur. Mengingat sektor industri perkebunan dan pertanian menjadi teramat dominan di hari-hari cengkeraman penguasa kolonial yang akhir cerita menjadi pemenang dari horek di tanah jawa.  

Gambaran topografi wilayah Polanharja dan Delanggu merupakan lembah hijau yang terbentang antara gunung merapi dan gunung lawu. Disisi selatan terpagar pegunungan sewu yang perkasa berderet dari tepi kali opak hingga tlatah pacitan. Tak ayal wilayah ini seperti tanah emas yang tabah dengan sumber mata air membuncah menumbuh suburkan beraneka tanaman pangan. Wilayah yang subur membuat daerah Delanggu serta Polanharjo rutin menjadi andalan lumbung hasil bumi khususnya padi, palawija serta komoditi perkebunan. Disini pula varietas padi uenek dan pulen Rojolele sejak jaman dahulu endemik dan dibudidayakan.

Kembali kepada cerita keberadaan pande besi di Koripan. Sepertinya sudah menjadi catatan naluri jiwa dari para empu besi ini untuk terus menempa. secara turun temurun keahlian menempa bahan logam dari awalnya membuat tosan aji dan persenjataan lambat laun beralih menjadi membuat perkakas alat pertanian dan rumah tangga, seperti pisau dapur, sabit, bendo hingga cangkul.

Memasuki abad ke 19 kolonialisme di tlatah jawa telah membawa seabrek budaya eropa. Akulturasi diantara keduanya secara positif telah mengahdirkan budaya baru yang adaptif dengan kondisi masyarakat jawa. Salah satunya adalah lahirnya budaya indis. Dalam urusan dapur pengaruh budaya indis terpapar nyata dalam penyajikan makanan untuk suatu acara. Istilahnya rijhtaffel, atau penyajian makanan untuk suatu pesta yang menggabungkan tatacara barat dengan sentuhan menu jawa yang khas seperti menu sop dan bistik. Kedua menu ini seperti menjadi wajib dalam setiap hajatan syukuran ataupun pernikahan. Dan sudah pasti kegiatan iris-iris yang dilakukan para rewang pada sebuah hajatan menjadi corak budaya baru tersendiri.

Keseharian tuan-tuan eropa dengan segala kebiasanyaa dalam membuat perjamuan ataupun pesta ternyata diikuti juga oleh orang-orang pribumi, terutama para penggede kuasa dan pemilik trah desa atau lungguh. Bagi kalangan berduit turah. Sebuah acara pesta bisa menandakan status sosialnya. Pun juga dalam hal penyajian menu makananya serta seperangkat perabotanya. Terkhusus tentang peralatan iris-iris atau rajang-rajang dalam mengolah suatu masakan keberadaan sebuah pisau ternyata begitu penting. 

Kalangan orang kaya Eropa waktu itu banyak memilih perangkat makan macam sendok dan garpu serta pisau asli berlabel eropa dari germany untuk untuk amunisi dapur para koki baboenya. Perangkat dengan cap tempa bertulis carl schliefer solingan adalah salah satu merk jaminan mutu dan tenar kawentar yang menyediakan barang-barang perkakas dapur mahal dan berkelas wahid waktu itu.

Sepertinya bentuk pisau dapur carl schliper solingen dari produsen jerman menjadi ispirasi para pande lading di koripan untuk dijadikan standar sebuah pisau dapur. Kalau kita membelek lembaran sejarah keberadaan pisau jerman di indonesia. Maka jejak mereka mulai terekam sekitar awal tahun 1914. Saat pabrik carl schliper membuka cabang pabrik di Batavia dan Semarang. Bedanya pisau koripan dihargai lebih terjangkau karena mengguanakan bahan baku besi limbah yang waktu itu mudah diperoleh.

Pisau dapur koripanpun akhirnya mempunyai kekhasan tersendiri yaitu tajam, sentuhan akhir dengan disepuh serta model pisau menyerupai carl schlieper solingan jerman. Para empu lading dari koripan ini sejak dahulu pula sudah terbiasa memproduksi berbagai jenis pisau dapur dalam jumlah yang banyak sekaligus.
pisau dapur koripan


Namun diakhir cerita dari pisau koripan ada sesuatu yang mandeg di perjalanan kiprah pisau jowo ini. Diantaranya adalah keterbatasan pilihan bahan baku, sentuhan akhir dari bilah-bilah pisau, serta mata rantai pemasaranya sendiri. Dengan semakin membanjirnya produk-produk pisau dapur dan alat pertanian di pasaran membuat persaingan menjadi semakin rumit. Belum lagi produk-produk dari pabrikan yang didatangkan secara import semakin membuat pisau koripan tersekat bias pada segment yang semakin mengecil. Bahan baku yang kurang mitayani menjadi titik hitam bahwa pisau dapur ini untuk tidak beranjak dari kelasnya. Bahkan sampai kini pisau dapur koripan lebih lumrah menjadi pisau untuk acara rajang-rajang rewang pada hajatan di kampung serta untuk souvenir buah tangan saja.

Los Mbako Vorstenlanden di klaten, romansa Jawa dari sebatang cerutu di Eropa

December 05, 2018 Add Comment
Semilir angin langit sore kembali menuntun kaki telanjangnya ditanah basah
gurat kerut kulit punggungnya yang legam lebih terlihat dari pada wajah-wajahnya yang lelah
gending kehidupan telah menuntun sanubarinya menjalani garis-garis sang widi
waktu itu sekedar laku dari apa yang sekarang sampai apa yang terjadi esok hari
dan ia masih sama seperti dulu,masih tetap buruh tembakau cerutu 

Bangunan besar beratapkan daun tebu (rapak) seperti menyembul diantara petak-petak sawah yang ditanami padi yang masih hijau. srek srek srek suara angin yang meniup atap rapaknya seperti melodi yang mengantar kita angler..walah walah..opo to..


Kalau mas dab sekalian pernah lewat di areal persawahan di wilayah kebonarum atau wedi di kabupaten klaten pasti akan menjumpai bangunan kotak besar ini. umumnya berukuran sekitar panjang 100 meter, lebar 20 meter dengan rangka bambu petung yang gedi-gedi  nampak ngograng-ograng.

nama bangunan ini adalah los atau ngelos dari bahasa belanda loods, milik PTPN X dan sampai sekarang masih digunakan saat musim produksi tembakau. nah fungsinya los ini apa? ternyata los ini punya fungsi yang sangat penting mas dab.

selain sebagai tempat pengeringan daun tembakau yang sudah diunting, ternyata los ini sekaligus sebagai tempat fermentasi. lembaran daun tembakau yang terfermentasi dan kering secara alami didalam los ini menentukan kualitas tembakau cerutu yang dihasilkan.

Tumbuhnya industri perkebunan tembakau di wilayah vorstenlanden termasuk di klaten dimulai sejak 1820an kala itu VOC bekerja sama dengan penguasa lokal, namun direntang tahun itu sejumlah aturan feodal yang masih kuat membuat komoditi tempakau kurang berkembang.

baru setelah adanya peraturan penghapusan tanah lungguh yang dikuasai bekel atau apanage diganti dengan sistem sewa para pemodal swasta khususnya dari eropa mulai mencengkeram sektor industri perkebunan.

Tembakau cerutu yang laris manis di eropa semakin meluas ditanam di wilayah vorstenlanden oleh pabrik-pabrik milik belanda. berbeda dengan jenis tembakau rajangan atau yang lebih dikenal dengan tembakau srintil, temabaku cerutu ini memerlukan perlakuan khusus, selain itu melibatkan pekerja perkebunan dalam jumlah yang besar.

maka berubahlah pola pola kerja masyarakat/petani disekitar perkebunan vorstenlanden. dari buruh tani menjadi buruh perkebunan temkakau. kumbung-kumbung los mbako sejak saat itulah mulai rutin dibangun saat musim tanam tembakau.

Tetap eksisnya perusahan perkebunan sejak masa kolonial sampai sekarang memperlihatkan bahwa industrui tembakau cerutu sejak dulu sampai sekarang masih punya prospek cerah. konon kabarnya cerutu vortenlanden hanya kalah tenar saja dari cerutu kuba, wow..

lalu bagaimana nasib petani dan buruh tembakau ini?dinamika pasang surut hubungan para buruh dan pembesar perusahaan tembakau tentunya pernah panas dingin terjadi.

Tuntutan kesejahteraan para buruh dan perbaikan perjanjian sewa pemilik lahan acapkali hangat-hangat pedes pada masa kolonial dulu. pemogokan buruh besar-besaran yang berlatar belakang ekonomi ditambah masa pagebluk pertanian pada rentang waktu 1917-1924 di wilayah klaten sempat membuat industri perkebunan goyah dan terganggu.

Sayangnya cerita pilu dari sisi lain harumnya asap cerutu vorstenlanden tidak banyak diketahui khalayak umum. kemiskinan serta ekploitasi perkebunan tembakau yang berlebihan membuat petani dan buruh perkebunan di vorstenlanden semakin menderita.

menanam padi sebagai sumber bahan makanan dan pendapatan seringkali harus dikalahkan dengan terus menanam komoditas perkebunan (tembakau dan tebu). para petani dan buruhpun dengan terpaksa tanpa bisa menolak menuruti kemauan pemilik perkebunan.

akibatnya buruh dan petani di vorstenlandenpun terjerat utang dilingkaran rentenir, karena penghasilanya tidak lagi mencukupi.

Sekali lagi los mbako ini akan selalu menyimpan sejarah panjangnya dari generasi kegenerasi, tentunya selagi kita mau mengenalnya. tidak hanya menjadi los mbako yang eksotik dan unik yang hanya jadi bagian bingkai foto bisu semata, tetapi ada suatu nilai yang didapat saat kita kembali mengenalinya.

Ah...Lost mbako yang lara, adakah yang pernah berjumpa?




Pasar Legi Bonyokan Jatinom surganya onderdil klitikan di klaten

December 02, 2018 Add Comment
Selamat berjumpa lagi masbro sekalian. ada yang pernah ke pasar klitikan?weh jangan-jangan pada hobi semua ya? we ka we ka..
jadi begini mas bro, jikalau mas bro  sekalian sering beryoutuberia coba dech searching "pedagang lucu" nah pasti salah satu yang muncul adalah video Pak Cemplon. itu tuh pedagang pasar legen Bonyokan Jatinom Klaten yang kondyang itu.  


Nah kali ini tipis-tipis saja saya akan glenikan tentang salah satu arena lapaknya pak cemplon di klaten, yaitu pasar legi atau pasar legen Bonyokan. Tempat ini adalah pasar dadakan di lapangan Bonyokan Jatinom Klaten. 


Sesuai dengan namanya "pasar legen atau legi" kalau dalam hari pasaran Jawa. jadi, ya cuma buka saat pasaran legi saja pasar ini. 


Sebelum sebegitu termasyur seperti sekarang ini, dulu pasar legi Jatinom lebih terkenal sebagai pasar hewan dan burung. Aneka jenis burung kicau dan anggungan serta hewan ternak besar seperti sapi dan kambing, selain itu ramai juga aneka ragam pernik-pernik alat pertanian. 



Semenjak krismon 1997 mendera negeri kita tercinta, banyak pedagang dadakan baru. Pedagang baru ini tumbuh subur bak cendawan. selain itu muncul fenomena dagangan baru dengan genggap gempitanya, yaitu Klitikan


Pedagang klitikan ini menjajakan segala rupa onderdil bekas. baik onderdil sepeda onthel, onderdil sepeda motor bahkan onderdil mobil. Pokonya sembarang lah.


Semenjak saat itulah pasar legi bonyokan jatinom klaten begitu tumpah ruah kebanjiran para pedagang klitikan. Para saudagar klitikan kebanyakan asli dari wilayah klaten sendiri namun ada juga dari luar klaten, seperti Boyolali dan solo.


Harga yang lebih murah dan ada tawar menawar, membuat acara nglitikan semakin mendapat tempat dihati masyarakat.

los pasar sebagai lokasi gelaran pelapak pun sudah tidak muat menampung para pedagang dan pengunjungnya. nah...akhirnya dipindahlah pasar klitikan legen ke lapangan Bonyokan hingga sampai sekarang.


Seiring waktu berjalan beraneka rupa daganganpun mulai menghiasi pasar lima harian sekali ini. banyak rupa dan macam-macam pula. bahkan banyak selentingan guyon maton tentang komplitnya pasar legen sekarang ini 


"Mau es cendol sampai baut kunci ada..."

"Mau cari celana dalam sampai topi koboi juga ada"

kalau mau cari gebetan lek? wah.. coba tanya pak Cemplon pakde..


"Mangewu!!" ha ha ha


Salam kekel



Embung Tirtomulyo Kemalang Klaten, Embung unik di kaki gunung Merapi

January 28, 2018 Add Comment
NGETRIP - Hallo manteman pecinta mblusukan semua, ternyata eh ternyata di klaten ada beberapa embung yang tak kalah eksotic dibandingkan dengan kabupaten tetangga Gunung Kidul loh..Salah satunya adalah embung Tirtomulyo, lokasinya di desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. persisnya berada di samping kanan obyek wisata Deles. Mantab sob suasana di embung ini. hmm adem khas suasana di Gunung Merapi.



Destinasi baru ini memang belum begitu ramai dan terkenal sob, karena baru diresmikan pada 22 maret 2017 kemarin. itupun masih dalam proses finishing, tapi bagi manteman yang suka berpetualang cieh cieh, ngetrip ketempat ini lumayan whortit lah. nah catatan mblusuk ngetrip kali ini saiya mencoba mengunjungi tempat ini, cekkidot..

Embung Tirtomulya fungsi utamanya adalah tempat penampungan air hujan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat sekitar embung. loh kok?iyes sob, hampir setiap tahun saat musim kemarau datang daerah ini menjadi langganan kekurangan air bersih. karena itu keberadaan embung ini sangat dinantikan warga sekitar. dengan luas 0,6 hektar embung ini bisa menampung 12.000 meterkubik air hujan. eh tahu nggak sob embung Tirtomulyo merupakan embung tertinggi di klaten lho..hehehe selain itu pemandangan embung ini lumayan syahdu apalagi menikmati suasana embung dari sisi lereng bukit sebelah utara, sambil menikmati kopi hangat hmm (ngayal..lha belum ada yang jual kopi disini) karena masih baru tempat ini ketika saiya kunjungi enggak begitu banyak pengunjungnya. fasilitas yang ada disini juga belum begitu banyak, sepanjang saya melihat hanya ada satu gazebo dan beberapa tempat berteduh, serta tempat untuk parkir kendaraan. mungkin masih tahap pembangunan penambahan fasilitas gitu. oiya mengunjungi embung ini enggak dipungut tiket masuk sob alias free. sip kan?

Untuk menuju lokasi embung Tirtomulyo dari pusat kota klaten dibutuhkan waktu sekitar 1 jam, dengan jalur jalan “aspal” dan jalan sebagian jalan tipe cor beton. bisa ambil jalur via Gayamprit-Basin-Kemalang, jalur kedua jalur Jatinom-Karangnongko-Surowono atau jalur ke tiga dari sisi selatan via Jl Jogja-Solo (pabrik Gula Gondang Winangoen- Basin- Kemalang-Deles) atau jln Deles Indah.

Nah ngetrip kali ini via jln Deles Indah dengan jalur legendnya. dari arah lampu merah pabrik gula Gondang Winangoen  kita ambil jalan cor beton (jln Deles Indah) sampai mentok pertigaan pasar Basin terus ambil ke kiri (jalanya aspal mulus sob). Sampai masuk wilayah kecamatan Karangnongko (pom bensin kanan jalan) lurus ke utara menuju arah pasar kembang dan obyek wisata Deles.

Setelah melewati Pasar Kembang  perjalanan masuk babak baru jalur real Adventure dimulai...jalur ini benar-benar Legend. selain kita harus bersaing dengan pemilik jalur (maksudnya kendaraan gol C) beberapa spot jalan aspal ini berubah menjadi medan offroad plus tanjakan. Awas ada Jeglongan Sewu.. syahdunya....

Perjalanan menuju embung Tirtomulyo dari pasar kembang sebagian besar merupakan jalur menanjak tipis-tipis. Kiri-kanan jalan kita akan menyaksikan banyak tumpukan pasir atau depo pasir berderet-deret. Di wilayah ini  ketika musim buah durian banyak warga yang menjajakan buah durian (hampir semua pekarangan rumah ditanami pohon durian soalnya)konon katanya jenis durian asli di Kemalang ini varian durian Petruk. Legit banget rasanya...hhmm  Durian ooh Durian.....

Udara “anyles” mulai terasa walaupun cuaca terik menyengat seolah membunuh waktu, lha gimana sob tak terasa sekitar 30 menitan telah meninggalkan pasar kembang kok. sampailah kita pada gapura Obyek Wisata Deles..kalau lurus ya masuk kawasan deles sob, nah kita ambil ke kanan atau kle arah desa Tegalmulyo, akses jalan ke lokasi embung lumayan halus sob sebagian sudah di aspal sebagian lagi jalan cor beton, tapi layaknya jalan-jalan kampung pastilah jalurnya enggak lebar...karena waktu itu saiya bingung arah mana timur-mana barat, ditambah petunjuk arah ke lokasi embung lumayan minim. jadinya ya sering tanya penduduk sekitar. Waduh...tapi warga sekitar ramah-ramah dan baik hati kok..maturnuwon budhe pakde, paklik dan bulik. hehe jangan sungkan tanya ya sob kalau bingung...

hingga sampailah ke desa Tegalmulyo, jalanya wow nanjak sob.. soalnya desa tegalmulyo merupakan Desa paling tinggi di kabupaten klaten. Lokasi embung  Tirtomulyo sendiri berada diujung desa, agak "nylempit" gitu....

rasa penasaran dan capek langsung cling, suegeer tenan udara disini. Pemandangan embung Tirtomulyo ternyata jauh lebih bagus daripada yang ada difoto sob.. suer dech...sayang hujan rintik-rintik turun shingga enggak bisa berlama-lama..wah

ada satu tips nih sob kalau berkunjung ke Embung Tirtomulyo ini

1>> Please jangan buang sampah sembarangan ya...apalagi dibuang diembung, soalnya fungsi embung ini untuk tampungan air hujan dan dijadikan cadangan air untuk konsumsi warga sekitar saat musim kemarau datang..oke manteman demikian dulu sedikit cerita trip ke embung Tirtomulyo Kemalang klaten. semoga bermanfaat dan menjadi referensi tujuan wisata kamu di akhir pekan..

Salam Blusukan Hore..


Klaten Surganya Soto

January 08, 2018 Add Comment
Hallo mas bro mbak bro semua.. ketemu lagi disini, hhmm lama nggak post artikel, baru semedi cari wangsit nih..he he he..Landjut...
kali ini saya mau membahas masalah kuliner, tempat jajan dan yang berhubungan dengan selera (laaapaar..he he) pastinya yang budgetnya hemat-hemat lah...nah targetnya menu berkuah yang banyak disukai seantero masyarakat Indonesia...(woow) yaitu SOTO.

Kuliner soto saoto atau beberapa nama turunan lainya yang merujuk pada menu makanan berkuah kaldu dengan suiran daging dan potongan sayur kol, touge dan dan mie putih (gak semua ada) serta irisan seledri dan taburan bawang goreng...hhmhmh yummy..

di kota klaten mencari menu soto itu sangat mudah, dan banyak dijumpai. mulai dari warung kecil sampai warung besar kusus soto banyak dijumpai. ga peduli pagi, siang sampai malam pasti ada. 

nah salah satu yang lagi hits di kota klaten yaitu warung soto Kwali Pak Suryo. lokasinya agak dlesep sih, yaitu di desa sekalekan (tidak jauh dari tempat makam kyai Melati) kalau dari Jalan pemuda klaten sebelah selatan -alun klaten ada perempatan kecil ambil jalan ke kiri alias ketimur. kira-kira 200an meter warung soto ini sudah terlihat. cukup ramai pengunjungnya terutama saat pagi dan diakhir pekan. 


lazimnya soto, penyajian soto di warung ini menggunakan mangkuk cembung kecil. sebenarnya ada dua pilihan soto yang disajikan, tergantung porsinya yaitu soto kecil dan soto besar. yang membedakan hanya ukuran mangkuknya, dan pastinya tarif harganya  he he he..

Satu mangkuk soto kecil harganya Rp.3000 saja sedang mangkuk besar Rp. 5000. selain soto pasti juga ada beranekaragam (heh kayak toko pakaian :) ) gorengan seperti tahu, tempe, bakwan, sate usus, sosis tusuk goreng daaaaan kerupuk, harganya standard lah...
nah...penasaran?warung ini cuma buka dari pagi sampai sore gaes...

Landjut gan.....
Nah...kalau mau cari soto di malam hari...ini nih tempatnya..sangat legend pokoknya.
dan menurut saya warung ini sangat ledendaris di klaten sisi timur khususnya daerah kecamatan Cawas...
namanya Soto Chotin atau jamak disebut "Soto Tengah Pasar Cawas. 
Sesuai dengan sebutan namanya lokasi warung soto ini berada di dalam pasar Cawas Klaten. 
jam operasional warung soto ini hanya malam hari bro...yaitu pukul 19.00 sampai soto habis, yaa kira-kira tutup sekitar jam 03.00 pagi. he he jangan ngarep warung soto ini buka pagi ya..soalnya kalau pagi tempat warung ini berfungsi sebagai los pasar.hmmmz
Setiap malam warung yang lokasinya tepat disebelah pintu masuk pasar cawas ini selalu ramai sesak dengan pengunjung. 
Selain rasanya yang ajib minuman spesialnya juga mantap yaitu teh poci tubruk. uniknya wadah gelas dan pocinya terbuat dari tanah liat. awesome dach...

Oiya satu lagi soal harga, banderol seporsi soto dan sepaket teh poci tubruk di warung ini yang membikin terkejut!!! asli murah bingit.

ahh jadi pengin soto..

Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..