Arung Jeram di sungai Elo Magelang, cerita perahu kandas di balik rimbun bambu Mendut

March 30, 2019 1 Comment


Akhirnya acara menuntaskan hajat penasaran rafting di sungai Elo Magelang, tunai sudah di akhir pekan. Pagi itu chat WhatsApp clang-cling berbunyi saat saya memulai perjalanan menuju jogja. Sesekali saya membuka chat grup dengan banyak pesan yang sudah menumpuk, saya pun akhirnya menepikan motor untuk membalas satu-satu percakapanya. 

Credit foto FB Yang Tercinta Ochin
Salah satu chat paling atas terbaca,
 “Sampai mana?sudah ditunggu oie,” 
sayapun asal jawab saja.
“10 menitan lagi sampai" 
Lalu memasukkan gadget ke saku tanpa menghiraukan percakapan dibawahnya.
Benar saja saya termasuk anggota yang paling belakang sampai. Duh..

Setelah beres-beres bekal yang akan di bawa rombongan. Tepat pukul 11 kami beriringan berangkat dari jogja menuju kota Magelang, tepatnya menuju titik kumpul pemberangkatan rafting sungai elo di rumah makan Rejosari, desa mendut magelang. Karena kebetulan kita serombongan dapat slot rafting siang atau mulai jam 13.00 WIB.

Setelah segala persiapan peralatan sudah beres dan lengkap mulai rompi pelampung, helm, kayuh dan perahu karet siap, kamipun digiring masuk ke mobil angkut. Kita-kita nglancer berangkat..

Wajah-wajah tegang nampak, walaupun sesekali candaan konyol terlontar dari kami. Maklumlah kami-kami ini kurang pigenik dan ini pengalaman pertama berjeram ria.


https://fanfanorange.blogspot.com


Mobil angkot tua inipun ngebut melaju, selap-selip di jalan kecil, seperti kalap dikejar timer dipengkolan. riuh ketawa kami berlalu saat mobil berhenti di titik pemberangkatan jeram. Dan..akhirnya waktu itupun datang, setelah briefing safety tools, maksudnya pengenalan alat-alat, serta fungsinya, tak lupa tips darurat saat krisis selama rafting. Kamipun dipersilahkan untuk menuju tempat foto, pastinya foto-foto kenangan dong, lalu lanjut acara sakral doa bersama, dan capcus ke sungai..
https://fanfanorange.blogspot.com



Sedikit cerita tentang sugai Elo magelang yang memiliki bentang panjang sekitar 12km. 
sungai Elo merupakan anak sungai Progo yang membelah magelang. Karakter aliran sungai elo ini cukup tenang dan datar. Namun variasi kelokan sungai yang banyak, jeram yang kimplah-kimplah serta bebatuan besar yang memecah aliran sungai sudah cukup menguras nyali kok.  

Ada sebanyak 5 jeram yang dilalui selama rute rafting dan masuk kategori di skala angka 2-3. artinya masih ramah untuk pemula. 

Butuh waktu 2,5 - 3 jam untuk menuju garis finish di jembatan Blondo. Jangan salah, selama perjalanan rafting kita akan di suguhi kejutan-kejutan drama tak terduga, sehingga 3 jam perjalanan tidak akan terasa lama.    

Kamu harus basah
Dengan dipandu oleh seorang skipper disetiap perahu karet, kamipun perlahan di dorong ketengah aliran sungai. Dititik awal pemberangkatan bidang sungainya cukup lebar  bin jembar, selain itu aliranya lumayan tenang. 

Harus ekstra ngotot mendayung sampan untuk mendapatkan kecepatan perahu agar sedikit melaju. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Balapanpun dimulai, perahu karet yang kami tumpangi satu persatu saling susul dan saling jegal antar rombongan. Mase skipper mulai beraksi mencairkan suasana dengan mengerjai dan memprovokasi serangan air, yaitu dengan mengkibaskan dayung ke air dan diarahkan ke wajah peserta lain. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Satu kesepakan wajib..semua harus basah!!

Setelah saling serang bertubi-tubi, pandangan kami terhenti. Nampak didepan kami air beriak tak karuan disela batu-batu besar. 
Lumayan deras dan sedikit curam aliranya. 

“didepan kita jeram pertama dari rute perjalanan ” 

"setelah melewati turunan air mohon dayung diangkat keatas ya!” seru mase skipper sambil memberikan aba-aba. 

Byuer!!!, perahu melaju kencang melibas jeram berbatu cadas. terasa benar gesekan bawah perahu menghantam batu. 


Perahu kami oleng dan bergetar sesaat, sontak sepontan kita-kita teriak kegirangan. Eh ternyata moment tersebut selalu terkeker fotografer yang sudah menanti kedatangan perahu-perahu karet yang kami tumpangi.


https://fanfanorange.blogspot.com

selain menjadi saksi sensasi rafting di sekujur jeram sungai Elo kami serombongan juga  dengan leluasa menyaksikan bagaimana aktivitas keseharian masyarakat di sepanjang aliran sungai. Beberapa anak-anak mendut tampak bermain ciblon di aliran sungai, tentunya denga tawa tulusnya yang menggema. Nampak pula beberapa pemancing mania  yang duduk nglaras katrem didepan jorangnya. 


Menurut penuturan petugas pemandu rafting, aliran sungai elo memang menjadi endemik ikan-ikan khas air tawar, seperti tawes atau bader dan mujaer yang ukuranya terbilang lumayan besar-besar.


Benar saja beberapa kali ikan-ikan tersebut nampak meloncat ke udara saat perahu melewati kerumunan ikan tersebut. oiya satu lagi satwa yang juga banyak di aliran sungai elo yaitu biawak. Biawak? Iya, predator ikan ini akan banyak dijumpai disepanjang aliran sungai elo. Bisa jadi karena aliran sungi Elo yang cenderung kalem membuat ikan-ikan air tawar mudah berkembang biak, dan naluri biawak-biawak liar yang gemar menyantab ikan air tawar tersebut membuatnya nyaman mendiami tempat ini dan akhirnya beranak pinak ditepian sungai. Ngeri-ngeri sedap oie


Salah satu spot sungai Elo yang mebuat saya sangat takjub adalah dibagian aliran yang menyempit berkelok dengan dinding sungai menjulang. Guratan padas keras yang menggendong wungkul pohon bambu Ori yang rimbun melamunkan angan saya pada Grand Canyon. Elho.lho.. Sudah pernah ke Grand Canyon mas? saya mah cuma tahu dari tipi klo itu memang mirip Grand Canyon. duh..

di area ini lebar sungai lumayan sempit sehingga hanya muat satu perahu untuk lewat. selain berkelok-kelok aliran airnya ternyata juga lebih deras. berkali-kali perahu yang kami  tumpangi membentur keras kedua sisi dinding padas sungai. spining-spining gayeng pokoknya.

Tak terasa sudah lebih dari 1 jam perjalanan jeram di sungai elo, otot lenganpun rasanya sudah mulai metenteng. haus yang menggantung dikerongkongan rasanya semakin menjadi saja. Padahal sudah beberapa kali ngicipi tanpa sengaja air sungai yang anyep-anyep sepet. 

Untunglah mase skipper memberi aba-aba untuk menepikan perahu. 

"kita sudah sampai di separuh perjalanan, di bibir sungai sudah disedian minuman dan snack, monggo-monggo" kata mase skiper.


Aneka snack tradisional dan kue basah telah tersaji di wadah Tempah yang sudah disediakan. Sekitar 15 menit kami beristirahat sambil menikmati air kelapa yang legit dan segar.


Kandas

Etape selanjutnya pun dimulai setelah jeda. Pada bagian ini biasanya ada drama yang disajikan oleh tim skipper untuk menggayengkan suasana.
Mulai mentarget peserta lain untuk di ceburkan ke air, hingga perahu yang sengaja dibalikkan oleh skipper sehingga semua penumpang ambyur, Byur...


https://fanfanorange.blogspot.com

ketika melewati area spot yang alirannya tenang kita dipersilahkan untuk berenang atau sekedar ngeli kungkum mengikuti aliran air. Jian sudah sudah mirip buris rowo !!!

Jeram di etape kedua ini tak kalah menantang. aliran sungai yang lebih lebar, dan beberapa jeram mempunya karaktrer lebih panjang. Adrenalinpun  terpacu untuk adu sprint dengan rombongan lain. 

sepertinya nasib kurang beruntung menggelayuti perahu karet kami. perahu yang kami tumpangi mengalami kebocoran huebat saat menghantam batu terjal. kamipun terseok-seok kandas. dan jauh tertinggal. 
beberapa kali kami menepikan perahu untuk ngompo tambah angin. hadeuh buyar nomuro uno dech.. 

"Ra papa. serunya malah jadi cerita to" kekeh mase skipper yang sepertinya mensengaja atas drama bocornya perahu kami.


Menjelang  finish point di jembatan Blondo ada satu pemandangan yang sangat menarik mata saya, yaitu batu berukuran besar dengan bekas tapak raksasa. 


konon jejak di batu tersebut adalah tapak Budha. Lokasi batu tapak Budha berada di pinggir sungai Elo, tepat di belakang Vihara Budha Mendut. 


Setelah melewati batu tapak Budha tersebut dengan susah payah kami meminggirkan perahu di finish point. Perahu yang kami naiki saat itu sudah nyaris karam. Walah..


dan dipenghujung usai akhirnya petualangan rafting disungai Elo pun selasai. cerita raftingpun tunai sudah dengan sumringah dan ditutup dengan koor tawa kami bersama.

Kewer bosku...  

Pantai Watu Bolong Gunung Kidul, Pantai Eksotik dengan Hamparan Padang Hijau

March 24, 2019 1 Comment
Gugusan pantai di sisi selatan kabupaten Gunung Kidul yang ngrenteng berderet-deret sepertinya tak habis-habis menggurat cerita. ada saja cerita unik yang tersaji setiap kali menyapa pantai-pantai kota Tiwul ini. ada satu pantai yang masih sedikit asing dan tersembunyi tetapi layak di jadikan tujuan ngetrip tipis-tipis. diantaranya adalah Pantai Watu Bolong yang berlokasi di Jalan Drini Tim, Banjarejo, Tanjungsari, Gunung Kidul.

Team hore hore

Pantai ini terbilang masih baru dan belum banyak terjamah. Tidak seperti pantai BKK (Baron, Krakal, Kukup) yang setiap akhir pekan dan musim liburan dipenuhi para pelancong, Pantai Watu Bolong sepertinya masih bibiarkan sendirian menyepi.

Beda ceritanya bagi penggila ngechamp di pantai, pasti tak asing dengan pantai Watu Bolong. istilahnya pantai ini sangat "ngechampable"
Lokasi pantai Watu Bolong terbilang nyempil dan tak terlalu luas. Terselib di antara pantai Ngrumput dan pantai Drini dan terkungkung dua bukit dan tebing yang cukup tinggi di kedua sisinya, mungkin hal ini yang membuat tempat ini jarang tersinggahi. salah satu bukit bukit yang menjulang itu adalah bukit Kosakora yang sudah kondyang duluan.
"Padang savana" sekaligus champing ground

Bibir pantai berpasir putih bersih serta terdapat banyak batu karang yang tersebar lengkap dengan satwa endemiknya membuat pantai Watu Bolong sangat eksotik dan cocok untuk memanjakan mata. Apalagi di sisi kanan terdapat gugusan karang besar berlubang dan berongga (bolong-bolong) sepertinya menambah kesyahduan saat menuntaskan moment sunset.

aih... kalau manteman ingin ciblon bin kungkum, wah kurang yo'i deh kayaknya. apalagi pas ombak sedang besar, bisa-bisa malah babak bundas badanya.

Satu lagi yang unik dari pantai Watu Bolong dan mungkin tak banyak dimiliki pantai-yang lain yaitu adanya hamparan padang rumput layaknya sabana belantara yang lumayan luas.
jadi ingat lapangan di serial film Teletubbies itu lho..berpelukaaaaan****

Nah tanah lapang ini biasanya dijadikan tempat ngecamp atau kamping yang asyik. selain itu tempatnya yang datar dan lebih tinggi dari bibir pantai membuat pantai watu bolong sangat ideal untuk aktifitas kamping karena aman dari terjangan air laut saat pasang.

Akses menuju pantai Watu Bolong
Karena lokasi pantai yang lumayan masuk ke dalam terutama dari jalan besar (Jalan Drini Tim) dan masih satu jalur dengan arah menuju pantai Ngrumput. Akses masuk area pantai dari lokasi parkiran masih berupa jalan setapak, naik turun pematang bebatuan dan melewati Tegalan atau kebun warga.
Jika belum pernah datang kesini, menyusuri jalan setapak menjadikan perjalanan seperti tebak-tebakan berhadiah. Apalagi kalau kurang beruntung alias nyasar bisa-bisa tujuan ke pantai Watu Bolong malah ketemunya pantai Ngrumput. begitu juga sebaliknya. waduh..
sebaiknya bertanya ke penduduk sekitar saja deh..


Tumbak cucukan, mencari jejak di jalan setapak

Seperti cerita pengalaman tak sengaja beberapa waktu lalu, saat ber Ri'lah bersama manteman dari gank perahu jogja. Tujuan awalnya ke pantai Ngrumput, eealah karena terlalu bersemangat malah nyasar ke pantai Watu Bolong.



Beruntung banyak hikmah yang didapat, dengan salah tujuan tersebut. kita-kita bisa main sepak bola dan Gobak Sodor sampai kewer-kewer..eh kok malah curcol duh biyung....akses lokasi!!!!!

Jalan menuju ke pantai Watu Bolong sedikitnya ada dua jalur yang bisa ditempuh. pertama via pantai Drini, yaitu dengan berjalan kaki kearah timur pantai dan menaiki bukit, tenang sudah ada jalan setapaknya.
Jalur ini lumayan membuat berkeringat bray.. tapi sebanding kok dengan pemandangan serta semilir angin di atas bukit.

Dari atas bukit ini pantai watu bolong sudah klebet- klebet ngawe-awe. indah pada akhirnya....

Jalur ke dua adalah via jalan arah pantai Ngrumput lewat jalan drini tim, sampai ketemu penginapan bukit indah. nah.. sebelah barat penginapan ada tempat parkir dan penitipan sepeda motor, tentunya jika manteman bawa kendaraan bisa diparkirkan disini.
Selanjutnya melanjutkan perjaalanan dengan jalan kaki timik-timik.
Jalan di gunung kidul halus mulus yak..

Perjalanan dari tempat parkir untuk sampai ke pantai sekitar 10an menit. rute ini melewati jalan setapak, dan tegalan atau ladang warga. baru setelah itu kita akan menjumpai padang savana... eh tanah lapang berumput.

Glar...glar....glar dari padang rumput ini suara gemuruh pantai Watu Bolong sudah terdengar. riak ombak beradu keras dengan karang seperti bersorak menyambut...Selamat datang......









  

Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..