Showing posts with label NGETRIP. Show all posts
Showing posts with label NGETRIP. Show all posts

Eksperimen mencoba Foto Makro dengan kamera lawas Nikon Coolpix L320

December 05, 2020 Add Comment

 Bulan Desember telah menyambangi lagi. cuaca yang kelabu dan hujan yang mulai rajin rasanya malas semakin melengkap dengan rutinitas mager, alias malas gerak. apalagi ditengah kecamuk pandemi Covid 19 yang belum juga berujung. ah apa apaan ini👀👀👀

dan kali ini saya mencoba cekrak-cekrek foto makro, tetapi berhubung masih pemula dan asal saja ya begini deh jadinya.. oiya kamera yang saya gunakan kamera digital jadul Nikon Coolpix L320. 

semoga bisa dimikmati manteman semua..


Pohon paku-pakuan di tembok


Jamur lumut kayu


Lumut tembok bulan desember


Urek-urek polo, eh ada nama lainya ditempat kalian gaes?


Kuncup bunga melati


Daun cemara lilin 

Daun cemara lilin


Embun di ujung daun adenium


Kaktus mulai bersemi, lucu ya?


Mengintip tagihan listrik bulan ini

Pohon paku terselip di dinding. seperti puisi widji thukul ya


Kuncup daun pucuk merah


Lidah sapi, Eh bener ga sih?


Pucuk daun cemara lilin

No caption

Gumuk rayap


eh si sapi....

\


Nyapu sampai RONTOK💪

Mengenal pisau dapur Koripan Klaten, legenda Carl Schliper Jawa dari bumi Rojolele

January 21, 2020 Add Comment
Dentingan besi yang beradu dengan palu baja sudah seperti layaknya gending langgam bagi sebagian masyarakat desa Kranggan, Keprabon dan Segaran. Ketiga desa di wilayah Kecamatan  Delanggu dan Kecamatan Polanharjo tersebut merupan sentra pande besi terutama untuk alat dapur dan pertanian. Satu hal yang menjadi benang sejarah masa lampau yang menyambungkan ketiga desa ini adalah nama besar Koripan sebagai trade marknya.

beberapa jenis pisau dari koripan
Dahulu Koripan adalah sebuah nama dusun yang menjadi pasar perkakas alat pertanian dan aneka rupa pisau dapur yang dihasilkan para pande besi disekitar desa setempat. Namun cerita tutur tentang dusun Koripan ternyata jauh lebih kaya dan masih menyisakan kepingan-kepingan sejarah yang tak banyak terjamah. 

Jangka waktu terbawa juga meyeret lebih dalam tentang koripan. Nama dusun yang asal musalnya dari istilah kahuriupan atau sumber kehidupan ini dulunya merupakan padusunan tinggalan dari para empu tosan aji pada abad 16. Para empu dari padusunan ini masyur menghasilkan bilah keris dengan ciri yang khas dan lazim terkategori sebagai tangguh Koripan. Keberadaan keris dengan tangguh koripan ternyata sangat jamak di pakai sebagai ageman para priagung jawa masa peralihan Demak ke Pajang hingga masa Mataram Islam.  

Dari Pande besi tangguh Koripan menjadi “pande lading” (pisau)

Cengkeraman kolonial yang semakin menggebu-gebu setelah pudar dan pecahnya kekuasaan mataram membuat keberadaan para empu tosan aji di Koripan semakin terpinggirkan eksistesinya. Rentetan perselisihan dari para penguasa penerus tahta Mataram oleh penguasa kolonial dipandang perlu untuk mengawasi para pande besi.

Dari kacamata kolonial alur logistik persenjataan pasukan yang dimiliki pembesar mataram dituding tersuplai dari tangan-tangan perkasa pengolah baja ini. Singkat cerita terpretelinya kekuasaan trah Mataram yang telah terpecah-pecah dan lemah setelah perang suksesi jawa membuat para pande besi semakin terpenjara dengan kemampuanya.

Bagi para empu besi didusun Koripan, tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan hidup yaitu dengan beralih bertani dan membuat alat perkakas pertanian serta perkakas rumah tangga khususnya pisau dapur. Mengingat sektor industri perkebunan dan pertanian menjadi teramat dominan di hari-hari cengkeraman penguasa kolonial yang akhir cerita menjadi pemenang dari horek di tanah jawa.  

Gambaran topografi wilayah Polanharja dan Delanggu merupakan lembah hijau yang terbentang antara gunung merapi dan gunung lawu. Disisi selatan terpagar pegunungan sewu yang perkasa berderet dari tepi kali opak hingga tlatah pacitan. Tak ayal wilayah ini seperti tanah emas yang tabah dengan sumber mata air membuncah menumbuh suburkan beraneka tanaman pangan. Wilayah yang subur membuat daerah Delanggu serta Polanharjo rutin menjadi andalan lumbung hasil bumi khususnya padi, palawija serta komoditi perkebunan. Disini pula varietas padi uenek dan pulen Rojolele sejak jaman dahulu endemik dan dibudidayakan.

Kembali kepada cerita keberadaan pande besi di Koripan. Sepertinya sudah menjadi catatan naluri jiwa dari para empu besi ini untuk terus menempa. secara turun temurun keahlian menempa bahan logam dari awalnya membuat tosan aji dan persenjataan lambat laun beralih menjadi membuat perkakas alat pertanian dan rumah tangga, seperti pisau dapur, sabit, bendo hingga cangkul.

Memasuki abad ke 19 kolonialisme di tlatah jawa telah membawa seabrek budaya eropa. Akulturasi diantara keduanya secara positif telah mengahdirkan budaya baru yang adaptif dengan kondisi masyarakat jawa. Salah satunya adalah lahirnya budaya indis. Dalam urusan dapur pengaruh budaya indis terpapar nyata dalam penyajikan makanan untuk suatu acara. Istilahnya rijhtaffel, atau penyajian makanan untuk suatu pesta yang menggabungkan tatacara barat dengan sentuhan menu jawa yang khas seperti menu sop dan bistik. Kedua menu ini seperti menjadi wajib dalam setiap hajatan syukuran ataupun pernikahan. Dan sudah pasti kegiatan iris-iris yang dilakukan para rewang pada sebuah hajatan menjadi corak budaya baru tersendiri.

Keseharian tuan-tuan eropa dengan segala kebiasanyaa dalam membuat perjamuan ataupun pesta ternyata diikuti juga oleh orang-orang pribumi, terutama para penggede kuasa dan pemilik trah desa atau lungguh. Bagi kalangan berduit turah. Sebuah acara pesta bisa menandakan status sosialnya. Pun juga dalam hal penyajian menu makananya serta seperangkat perabotanya. Terkhusus tentang peralatan iris-iris atau rajang-rajang dalam mengolah suatu masakan keberadaan sebuah pisau ternyata begitu penting. 

Kalangan orang kaya Eropa waktu itu banyak memilih perangkat makan macam sendok dan garpu serta pisau asli berlabel eropa dari germany untuk untuk amunisi dapur para koki baboenya. Perangkat dengan cap tempa bertulis carl schliefer solingan adalah salah satu merk jaminan mutu dan tenar kawentar yang menyediakan barang-barang perkakas dapur mahal dan berkelas wahid waktu itu.

Sepertinya bentuk pisau dapur carl schliper solingen dari produsen jerman menjadi ispirasi para pande lading di koripan untuk dijadikan standar sebuah pisau dapur. Kalau kita membelek lembaran sejarah keberadaan pisau jerman di indonesia. Maka jejak mereka mulai terekam sekitar awal tahun 1914. Saat pabrik carl schliper membuka cabang pabrik di Batavia dan Semarang. Bedanya pisau koripan dihargai lebih terjangkau karena mengguanakan bahan baku besi limbah yang waktu itu mudah diperoleh.

Pisau dapur koripanpun akhirnya mempunyai kekhasan tersendiri yaitu tajam, sentuhan akhir dengan disepuh serta model pisau menyerupai carl schlieper solingan jerman. Para empu lading dari koripan ini sejak dahulu pula sudah terbiasa memproduksi berbagai jenis pisau dapur dalam jumlah yang banyak sekaligus.
pisau dapur koripan


Namun diakhir cerita dari pisau koripan ada sesuatu yang mandeg di perjalanan kiprah pisau jowo ini. Diantaranya adalah keterbatasan pilihan bahan baku, sentuhan akhir dari bilah-bilah pisau, serta mata rantai pemasaranya sendiri. Dengan semakin membanjirnya produk-produk pisau dapur dan alat pertanian di pasaran membuat persaingan menjadi semakin rumit. Belum lagi produk-produk dari pabrikan yang didatangkan secara import semakin membuat pisau koripan tersekat bias pada segment yang semakin mengecil. Bahan baku yang kurang mitayani menjadi titik hitam bahwa pisau dapur ini untuk tidak beranjak dari kelasnya. Bahkan sampai kini pisau dapur koripan lebih lumrah menjadi pisau untuk acara rajang-rajang rewang pada hajatan di kampung serta untuk souvenir buah tangan saja.

Taman kantor pemkab klaten, Woles sejenak menikmati pendar lampu di jantung kota melati

July 24, 2019 1 Comment
Ada pemandangan yang berbeda saat melintas depan pendopo kabupaten Klaten beberapa waktu terakhir. Tiang lampu “Ting” masih gress nampak berderet-deret baris rapi seperti kompi pasukan paskibraka. Pendar lampunya yang berwarna putih mulai menyala saat senja muntuk-muntuk keharibaan cakrawala. 


Senja di taman pemkab klaten.
Suasana nampak tambah riuh semarak dengan pemandangan aktifitas beberapa muda-mudi. Sepertinya mereka tengah asyik memainkan kamera handphonenya untuk swafoto. 

Ceklek-ceklik, begitu kira-kira bunyinya. nampak dari mereka asyik ha hi hi terdengar sembari duduk-duduk di kursi cor made in batur jaya ceper klaten. Ceritanya di tempat ini gayeng regeng saban sore hampir setiap harinya.

Tempat yang dimaksud adalah taman trotoar halaman Pemkab. Klaten. Trotoar yang dalam beberapa tahun yang lalu masih biasa saja dan lugu, sejak akhir tahun 2018 lalu tengah disolek, di make over  untuk menjadi semacam taman padestrian. Konon menurut irah-irah Bu Bupati  pedestrian di ujung pencit jalan pemuda selatan ini berkonsep taman bunga “jadoel” beraneka warna.  Nah ndilalah sekarang  ini tengah moncer-moncernya tempat ini. Tak  ayal langi sejak awal tahun lalu makin jamak saja menghiasi laman foto sosmed kawula muda klaten dengan latar taman Pemkab. Klaten. Ceritanya spot intagramable bin viral. 
Hla kok yo saya ikut-ikutan kepo juga akhirnya.

Numpang nguping yak... 

Setelah sekian purnama Cuma tengak tengok, plengas-plengos saat melintasi ujung jalan pemuda selatan, akhirnya pekan lalu kesampaian juga icip-icip kursi legendaris di bawah tiang lampu “Ting” kencar-kencar. Maksudnya menyambangi taman pedestrian halaman pemkab klaten om bro..

Tempatnya lumayan syahdu, lampu “ting” yang jumlahnya puluhan nampak sumeblak. Ini membuat ikon baru warga klaten  tersebut  terlihat berbeda dibandingkan waktu sebelumnya. 

Nah kalau begini kan titah slogan Klaten bersinar kan nyata benar adanya..byar byar...


Kota Lama Semarang, kota kecil Belanda di pinggir laut jawa

April 11, 2019 3 Comments
Di salah satu selasar teras societeid yang tersohor di oudstadt tepat dijantung kota Semarang sekerumun tuan-tuan necis dengan jas putihnya nampak geglenikan sambil cekikikan. sesekali mereka meneguk anggur merah asli eropah yang aduhai sambil menyeriusi bacaan surat kabar yang dipegangnya. beberapa jongos nampak wira-wiri sambil membawa nampan gelas ting yang sudah tertuang minuman merah. Sambil tengak-tengok mereka mencari sumber suara para tuan meneer yang menghardik minta nambah minum. Tak lupa lagu-lagu dansa-dansi riuh rengeng-rengeng dimainkan secara khusus oleh grup musik yang disewa oleh memilik societeid.

Pemandangan dan suasana syurga eropa selalu begitu setiap harinya selama berpuluh-puluh tahun di kota yang juga terkenal dengan sebutan little nederlands ini. sore yang gembiraria seolah seperti rutinitas yang paling ditunggu para pembesar kolonial dan kaum borjuis pribumi ditengah kesumpekan sepanjang minggu. Cheer meneer!!

Tapi entah mengapa akhir pekan itu suasana gembiraria tak begitu nampak. Beberapa dari mereka nampak serius dengan surat kabar yang ditentengnya dimeja. Kata umpatan muncuk-muncuk fasih terdengar sambil menunjuk-nunjuk sebuah artikel disurat kabar tersebut. Overdomste!! Kira-kira begitu, situasinya di kota lama di semarang sesaat sebelum resesi ekonimi tahun 1920an.

Kesewotan para tuan kolonial ini semakin memuncah saat seorang pemuda ingusan dengan logat bahasa belanda cas cis cus bernama Semaun menelanjangi ketidakadilan para pimpinan perusahaan spoor en tramwegpersoneel di semarang.

Hampir semua pembesar perusahaan perkeretaapian terbesar di jawa itu adalah orang belanda totok dan tinggal uenak di oudstadt. Cilakanya pekara protes masalah duurstetuslag atau gaji yang menurut semaun dkk jauh sangat rendah dan timpang dimuat secara gambling bin cetho di koran terbitan lokal Kaoem Moeda 7 Maret 1923.

Tak hanya itu, semaun yang merupakan sekretaris VSTP (organisasi serikat buruh kereta api semarang) mengancam akan mengerahkan semua pegawai dan buruh perusahaan hindia belanda untuk mogok total jika tuntutan kelayakan duurstelag tidak dipenuhi.

Begitulah gambaran kekemropokan para tuan-tuan meneer yang menghuni little Nederland at semarang menjelang pemogokan buruh terbesar dalam sejarah Hindia Belanda..Gegeran gede ceritanya.

Sik sik sebentar, oudstadt atau little Nederlands itu dimanakah? sebutan little nederlands kala itu merujuk pada tempat bernama kota lama di semarang. Kota lama adalah sebuah kondominium megah yang dibangun oleh hindia belanda pada akhir abad ke 18. dan berfungsi sebagai tempat hunian dan pemukiman pembesar Belanda yang bertugas di negeri timur jauh.

Maka dari itu dibuatlah komplek kota yang semirip mungkin arsitekturnya dengan kota-kota di Eropa. Tujuanya jelas agar para pembesar kolonial ini tetap betah dan homy tinggal bertahun-tahun di Hindia Belanda, tanpa sedikitpun merasa sebagai pejabat buangan dari kerajaan Belanda

Dalam perkembanganya hampir 2 abad lamanya kota lama atau oudstadt menjadi  kota paling penting di jawa. Bahkan menjadi pusat perkantoran dan perdagangan pemerintah Kolonial pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Dengan luas komplek sekitar 31 hektar maka untuk memberikan jaminan keamanan bagi warga Belanda yang tinggal di sini, maka dibangun pula benteng besar modern bernama Vijhoek.

Kehadiran benteng ini selain sebagai pelindung kota, juga sebagai akses tunggal sehingga tak sembarang orang yang bisa memesuki komplek mewah ini.


Saat ini di komplek Kota lama hanya ada sekitar 50an bangunan bergaya eropa abad 17 yang masih tersisa. Bangunan beratap unik dengan pintu dan jendela super jumbo, serta ornament kaca art deko warna-warni semakin menegaskan suasana khas kota Eropa tempo dulu di tempat ini.

Jalan utama di komplek kota lama juga sangat khas bergaya eropa, tegel beton atau paving blog yang disusun sedemikian rupa berjajar rapi diantara bangunan tua yang gagah menjulang.

Menyusuri jalan yang mengitari komplek ini, serasa memebawa kita ke suasana Eropa beneran, tentunya minus udara hot khas semarang yang alpa di eropa sono.

Sedangkan sebagai pusat kota lama atau titik nolnya komplek ini adalah gereja blenduk yang legendaris itu. gereja bertanda tahun 1753 ini sampai sekarang menjadi ikon kota lama dan sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah.
 feel like Holand madam...

Candi Morangan, secuil harmoni di pereng kali Gendol Sleman Yogyakarta

April 04, 2019 1 Comment
Keberadaan candi-candi yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah mengisyaratkan adanya kebudayaan yang berlatar religiusitas dimasyarakat. 

Jejak-jejak peninggalan bangunan tersebut menunjukan bahwa ritus keagamaan sudah berdenyut sejak lampau. Sebagai sebuah peninggalan sejarah secara etimologi keberadaannya merupakan representasi pemujaan masyarakat sekitar terhadap para dewa dan leluhur, baik itu yang bercorak Hindu maupun Budha.

Seperti keberadaan situs Candi Morangan, yang berada di wilayah Desa Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Candi ini diperkirakan merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno yang bercorak Hindu yang dibangun pada masa dinasti Sanjaya abad 9-10 masehi.

Satu hal yang menarik dari candi Morangan ini adalah kemiripan lanscap utuh candi yang berada dibawah tanah, hal ini sama seperti candi Sambisari dan candi Kedulan yang merupakan candi bawah tanah.  Saat pertama kali ditemukan pada tahun 1884 candi ini hanya nampak kuncup candinya saja. Sedangkan badan candi terpendam 6,5 meter di bawah tanah.

Relief candi morangan https://fanfanorange.blogspot.com
relief patung dewi durga di candi morangan


Terkuburnya candi Morangan selain karena bentuk candi yang menjorok kebawah juga tidak lepas  kaitanya dengan aktifitas erupsi gunung merapi di masa lalu. Lokasi candi sendiri hanya berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi. 

Selain itu tak jauh dari candi morangan tepatnya 100 meter ketimur terdapat sungai Gendol yang menjadi jalur aliran. Bahkan beberapa situs batu yang masih ada kaitanya dengan candi morangan sampai saat ini masih berada di bibir sungai gendol.

Tantri Kamandaka di candi Morangan
Tidak terlalu megah dan besar memang ukuran dari candi Morangan karena hanya hanya memiliki selasar candi selebar sekitar 90m dan hanya terdiri dari dua buah bangunan yaitu 1 candi induk dan 1 candi pewara.  Bahkan sampai saat ini candi morangan belum sepenuhnya dipugar dan masih berupa reruntuhan. 

Namun satu hal yang menjadikan candi Morangan ini sangat unik dan layak dikunjungi adalah adanya relief Tantri Kamandaka di salah satu penel reliefnya.


https://fanfanorange.blogspot.com
relief tantri kamandaka harimau dan kambing

Relief tantri kamandaka sendiri menceritakan tentang terperdayanya seekor harimau yang perkasa oleh seekor kambing yang lemah. Keberadaan panel relief tantri atau cerita tetang dunia hewan di candi Morangan cukup unik karena biasanya relief tantri kamandaka hanya didapati pada candi bercorak Budha seperti candi Mendut dan candi Sojiwan. 

Hal ini memperlihatkan bahwa telah terjadi akulturasi budaya secara halus antara ajaran budha dan hindhu pada masa mataram kuno.


Candi terdekat dengan gunung merapi
Berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi Membuat candi Morangan berpredikat sebagai situs candi terdekat dengan gunung merapi. Selain itu keberadaan candi yang tidak jauh dari aliran sungai gendol membuat cagar budaya ini termasuk rentan dari dampak erupsi gunung merapi.


https://fanfanorange.blogspot.com
papan informasi di penampungan BCB Gendol

Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi candi Morangan, karena hanya berjarak sekitar  9 km dari jalan jogja-solo atau jln Laksda Adi Sucipto Kalasan. dari jalan jogja- solo di kalasan  lurus keutara ke arah Cangkringan. 

Sampai perempatan apotik Aditama ambil ke kanan lurus ikuti jalan tersebut sampai ke arah sungai gendol. Tepat sebelum sungai gendol ada patung semar di kiri jalan. Dari patung ini tiggal ke utara sekitar 800 meter maka akan sampai ke lokasi candi Morangan.

https://fanfanorange.blogspot.com
detail arca di candi morangan

https://fanfanorange.blogspot.com
relief dinding candi

Masuk ke lokasi candi Morangan tidak dipungut biaya alias gratis. Kita hanya diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas. 

Oiya, jika kalian mengunjungi cadi baiknya perhatikan peraturan-peraturan yang ada ya, seperti dilarang corat-coret atau vandal, tidak buang sampah sembarangan dan tidak merusak bangunan candi.
salam
https://fanfanorange.blogspot.com



Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..