Kota Lama Semarang, kota kecil Belanda di pinggir laut jawa

April 11, 2019 3 Comments
Di salah satu selasar teras societeid yang tersohor di oudstadt tepat dijantung kota Semarang sekerumun tuan-tuan necis dengan jas putihnya nampak geglenikan sambil cekikikan. sesekali mereka meneguk anggur merah asli eropah yang aduhai sambil menyeriusi bacaan surat kabar yang dipegangnya. beberapa jongos nampak wira-wiri sambil membawa nampan gelas ting yang sudah tertuang minuman merah. Sambil tengak-tengok mereka mencari sumber suara para tuan meneer yang menghardik minta nambah minum. Tak lupa lagu-lagu dansa-dansi riuh rengeng-rengeng dimainkan secara khusus oleh grup musik yang disewa oleh memilik societeid.

Pemandangan dan suasana syurga eropa selalu begitu setiap harinya selama berpuluh-puluh tahun di kota yang juga terkenal dengan sebutan little nederlands ini. sore yang gembiraria seolah seperti rutinitas yang paling ditunggu para pembesar kolonial dan kaum borjuis pribumi ditengah kesumpekan sepanjang minggu. Cheer meneer!!

Tapi entah mengapa akhir pekan itu suasana gembiraria tak begitu nampak. Beberapa dari mereka nampak serius dengan surat kabar yang ditentengnya dimeja. Kata umpatan muncuk-muncuk fasih terdengar sambil menunjuk-nunjuk sebuah artikel disurat kabar tersebut. Overdomste!! Kira-kira begitu, situasinya di kota lama di semarang sesaat sebelum resesi ekonimi tahun 1920an.

Kesewotan para tuan kolonial ini semakin memuncah saat seorang pemuda ingusan dengan logat bahasa belanda cas cis cus bernama Semaun menelanjangi ketidakadilan para pimpinan perusahaan spoor en tramwegpersoneel di semarang.

Hampir semua pembesar perusahaan perkeretaapian terbesar di jawa itu adalah orang belanda totok dan tinggal uenak di oudstadt. Cilakanya pekara protes masalah duurstetuslag atau gaji yang menurut semaun dkk jauh sangat rendah dan timpang dimuat secara gambling bin cetho di koran terbitan lokal Kaoem Moeda 7 Maret 1923.

Tak hanya itu, semaun yang merupakan sekretaris VSTP (organisasi serikat buruh kereta api semarang) mengancam akan mengerahkan semua pegawai dan buruh perusahaan hindia belanda untuk mogok total jika tuntutan kelayakan duurstelag tidak dipenuhi.

Begitulah gambaran kekemropokan para tuan-tuan meneer yang menghuni little Nederland at semarang menjelang pemogokan buruh terbesar dalam sejarah Hindia Belanda..Gegeran gede ceritanya.

Sik sik sebentar, oudstadt atau little Nederlands itu dimanakah? sebutan little nederlands kala itu merujuk pada tempat bernama kota lama di semarang. Kota lama adalah sebuah kondominium megah yang dibangun oleh hindia belanda pada akhir abad ke 18. dan berfungsi sebagai tempat hunian dan pemukiman pembesar Belanda yang bertugas di negeri timur jauh.

Maka dari itu dibuatlah komplek kota yang semirip mungkin arsitekturnya dengan kota-kota di Eropa. Tujuanya jelas agar para pembesar kolonial ini tetap betah dan homy tinggal bertahun-tahun di Hindia Belanda, tanpa sedikitpun merasa sebagai pejabat buangan dari kerajaan Belanda

Dalam perkembanganya hampir 2 abad lamanya kota lama atau oudstadt menjadi  kota paling penting di jawa. Bahkan menjadi pusat perkantoran dan perdagangan pemerintah Kolonial pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Dengan luas komplek sekitar 31 hektar maka untuk memberikan jaminan keamanan bagi warga Belanda yang tinggal di sini, maka dibangun pula benteng besar modern bernama Vijhoek.

Kehadiran benteng ini selain sebagai pelindung kota, juga sebagai akses tunggal sehingga tak sembarang orang yang bisa memesuki komplek mewah ini.


Saat ini di komplek Kota lama hanya ada sekitar 50an bangunan bergaya eropa abad 17 yang masih tersisa. Bangunan beratap unik dengan pintu dan jendela super jumbo, serta ornament kaca art deko warna-warni semakin menegaskan suasana khas kota Eropa tempo dulu di tempat ini.

Jalan utama di komplek kota lama juga sangat khas bergaya eropa, tegel beton atau paving blog yang disusun sedemikian rupa berjajar rapi diantara bangunan tua yang gagah menjulang.

Menyusuri jalan yang mengitari komplek ini, serasa memebawa kita ke suasana Eropa beneran, tentunya minus udara hot khas semarang yang alpa di eropa sono.

Sedangkan sebagai pusat kota lama atau titik nolnya komplek ini adalah gereja blenduk yang legendaris itu. gereja bertanda tahun 1753 ini sampai sekarang menjadi ikon kota lama dan sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah.
 feel like Holand madam...

Candi Morangan, secuil harmoni di pereng kali Gendol Sleman Yogyakarta

April 04, 2019 1 Comment
Keberadaan candi-candi yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah mengisyaratkan adanya kebudayaan yang berlatar religiusitas dimasyarakat. 

Jejak-jejak peninggalan bangunan tersebut menunjukan bahwa ritus keagamaan sudah berdenyut sejak lampau. Sebagai sebuah peninggalan sejarah secara etimologi keberadaannya merupakan representasi pemujaan masyarakat sekitar terhadap para dewa dan leluhur, baik itu yang bercorak Hindu maupun Budha.

Seperti keberadaan situs Candi Morangan, yang berada di wilayah Desa Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Candi ini diperkirakan merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno yang bercorak Hindu yang dibangun pada masa dinasti Sanjaya abad 9-10 masehi.

Satu hal yang menarik dari candi Morangan ini adalah kemiripan lanscap utuh candi yang berada dibawah tanah, hal ini sama seperti candi Sambisari dan candi Kedulan yang merupakan candi bawah tanah.  Saat pertama kali ditemukan pada tahun 1884 candi ini hanya nampak kuncup candinya saja. Sedangkan badan candi terpendam 6,5 meter di bawah tanah.

Relief candi morangan https://fanfanorange.blogspot.com
relief patung dewi durga di candi morangan


Terkuburnya candi Morangan selain karena bentuk candi yang menjorok kebawah juga tidak lepas  kaitanya dengan aktifitas erupsi gunung merapi di masa lalu. Lokasi candi sendiri hanya berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi. 

Selain itu tak jauh dari candi morangan tepatnya 100 meter ketimur terdapat sungai Gendol yang menjadi jalur aliran. Bahkan beberapa situs batu yang masih ada kaitanya dengan candi morangan sampai saat ini masih berada di bibir sungai gendol.

Tantri Kamandaka di candi Morangan
Tidak terlalu megah dan besar memang ukuran dari candi Morangan karena hanya hanya memiliki selasar candi selebar sekitar 90m dan hanya terdiri dari dua buah bangunan yaitu 1 candi induk dan 1 candi pewara.  Bahkan sampai saat ini candi morangan belum sepenuhnya dipugar dan masih berupa reruntuhan. 

Namun satu hal yang menjadikan candi Morangan ini sangat unik dan layak dikunjungi adalah adanya relief Tantri Kamandaka di salah satu penel reliefnya.


https://fanfanorange.blogspot.com
relief tantri kamandaka harimau dan kambing

Relief tantri kamandaka sendiri menceritakan tentang terperdayanya seekor harimau yang perkasa oleh seekor kambing yang lemah. Keberadaan panel relief tantri atau cerita tetang dunia hewan di candi Morangan cukup unik karena biasanya relief tantri kamandaka hanya didapati pada candi bercorak Budha seperti candi Mendut dan candi Sojiwan. 

Hal ini memperlihatkan bahwa telah terjadi akulturasi budaya secara halus antara ajaran budha dan hindhu pada masa mataram kuno.


Candi terdekat dengan gunung merapi
Berjarak sekitar 17 km dari puncak gunung merapi Membuat candi Morangan berpredikat sebagai situs candi terdekat dengan gunung merapi. Selain itu keberadaan candi yang tidak jauh dari aliran sungai gendol membuat cagar budaya ini termasuk rentan dari dampak erupsi gunung merapi.


https://fanfanorange.blogspot.com
papan informasi di penampungan BCB Gendol

Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi candi Morangan, karena hanya berjarak sekitar  9 km dari jalan jogja-solo atau jln Laksda Adi Sucipto Kalasan. dari jalan jogja- solo di kalasan  lurus keutara ke arah Cangkringan. 

Sampai perempatan apotik Aditama ambil ke kanan lurus ikuti jalan tersebut sampai ke arah sungai gendol. Tepat sebelum sungai gendol ada patung semar di kiri jalan. Dari patung ini tiggal ke utara sekitar 800 meter maka akan sampai ke lokasi candi Morangan.

https://fanfanorange.blogspot.com
detail arca di candi morangan

https://fanfanorange.blogspot.com
relief dinding candi

Masuk ke lokasi candi Morangan tidak dipungut biaya alias gratis. Kita hanya diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang sudah disediakan oleh petugas. 

Oiya, jika kalian mengunjungi cadi baiknya perhatikan peraturan-peraturan yang ada ya, seperti dilarang corat-coret atau vandal, tidak buang sampah sembarangan dan tidak merusak bangunan candi.
salam
https://fanfanorange.blogspot.com



Arung Jeram di sungai Elo Magelang, cerita perahu kandas di balik rimbun bambu Mendut

March 30, 2019 1 Comment


Akhirnya acara menuntaskan hajat penasaran rafting di sungai Elo Magelang, tunai sudah di akhir pekan. Pagi itu chat WhatsApp clang-cling berbunyi saat saya memulai perjalanan menuju jogja. Sesekali saya membuka chat grup dengan banyak pesan yang sudah menumpuk, saya pun akhirnya menepikan motor untuk membalas satu-satu percakapanya. 

Credit foto FB Yang Tercinta Ochin
Salah satu chat paling atas terbaca,
 “Sampai mana?sudah ditunggu oie,” 
sayapun asal jawab saja.
“10 menitan lagi sampai" 
Lalu memasukkan gadget ke saku tanpa menghiraukan percakapan dibawahnya.
Benar saja saya termasuk anggota yang paling belakang sampai. Duh..

Setelah beres-beres bekal yang akan di bawa rombongan. Tepat pukul 11 kami beriringan berangkat dari jogja menuju kota Magelang, tepatnya menuju titik kumpul pemberangkatan rafting sungai elo di rumah makan Rejosari, desa mendut magelang. Karena kebetulan kita serombongan dapat slot rafting siang atau mulai jam 13.00 WIB.

Setelah segala persiapan peralatan sudah beres dan lengkap mulai rompi pelampung, helm, kayuh dan perahu karet siap, kamipun digiring masuk ke mobil angkut. Kita-kita nglancer berangkat..

Wajah-wajah tegang nampak, walaupun sesekali candaan konyol terlontar dari kami. Maklumlah kami-kami ini kurang pigenik dan ini pengalaman pertama berjeram ria.


https://fanfanorange.blogspot.com


Mobil angkot tua inipun ngebut melaju, selap-selip di jalan kecil, seperti kalap dikejar timer dipengkolan. riuh ketawa kami berlalu saat mobil berhenti di titik pemberangkatan jeram. Dan..akhirnya waktu itupun datang, setelah briefing safety tools, maksudnya pengenalan alat-alat, serta fungsinya, tak lupa tips darurat saat krisis selama rafting. Kamipun dipersilahkan untuk menuju tempat foto, pastinya foto-foto kenangan dong, lalu lanjut acara sakral doa bersama, dan capcus ke sungai..
https://fanfanorange.blogspot.com



Sedikit cerita tentang sugai Elo magelang yang memiliki bentang panjang sekitar 12km. 
sungai Elo merupakan anak sungai Progo yang membelah magelang. Karakter aliran sungai elo ini cukup tenang dan datar. Namun variasi kelokan sungai yang banyak, jeram yang kimplah-kimplah serta bebatuan besar yang memecah aliran sungai sudah cukup menguras nyali kok.  

Ada sebanyak 5 jeram yang dilalui selama rute rafting dan masuk kategori di skala angka 2-3. artinya masih ramah untuk pemula. 

Butuh waktu 2,5 - 3 jam untuk menuju garis finish di jembatan Blondo. Jangan salah, selama perjalanan rafting kita akan di suguhi kejutan-kejutan drama tak terduga, sehingga 3 jam perjalanan tidak akan terasa lama.    

Kamu harus basah
Dengan dipandu oleh seorang skipper disetiap perahu karet, kamipun perlahan di dorong ketengah aliran sungai. Dititik awal pemberangkatan bidang sungainya cukup lebar  bin jembar, selain itu aliranya lumayan tenang. 

Harus ekstra ngotot mendayung sampan untuk mendapatkan kecepatan perahu agar sedikit melaju. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Balapanpun dimulai, perahu karet yang kami tumpangi satu persatu saling susul dan saling jegal antar rombongan. Mase skipper mulai beraksi mencairkan suasana dengan mengerjai dan memprovokasi serangan air, yaitu dengan mengkibaskan dayung ke air dan diarahkan ke wajah peserta lain. 


https://fanfanorange.blogspot.com

Satu kesepakan wajib..semua harus basah!!

Setelah saling serang bertubi-tubi, pandangan kami terhenti. Nampak didepan kami air beriak tak karuan disela batu-batu besar. 
Lumayan deras dan sedikit curam aliranya. 

“didepan kita jeram pertama dari rute perjalanan ” 

"setelah melewati turunan air mohon dayung diangkat keatas ya!” seru mase skipper sambil memberikan aba-aba. 

Byuer!!!, perahu melaju kencang melibas jeram berbatu cadas. terasa benar gesekan bawah perahu menghantam batu. 


Perahu kami oleng dan bergetar sesaat, sontak sepontan kita-kita teriak kegirangan. Eh ternyata moment tersebut selalu terkeker fotografer yang sudah menanti kedatangan perahu-perahu karet yang kami tumpangi.


https://fanfanorange.blogspot.com

selain menjadi saksi sensasi rafting di sekujur jeram sungai Elo kami serombongan juga  dengan leluasa menyaksikan bagaimana aktivitas keseharian masyarakat di sepanjang aliran sungai. Beberapa anak-anak mendut tampak bermain ciblon di aliran sungai, tentunya denga tawa tulusnya yang menggema. Nampak pula beberapa pemancing mania  yang duduk nglaras katrem didepan jorangnya. 


Menurut penuturan petugas pemandu rafting, aliran sungai elo memang menjadi endemik ikan-ikan khas air tawar, seperti tawes atau bader dan mujaer yang ukuranya terbilang lumayan besar-besar.


Benar saja beberapa kali ikan-ikan tersebut nampak meloncat ke udara saat perahu melewati kerumunan ikan tersebut. oiya satu lagi satwa yang juga banyak di aliran sungai elo yaitu biawak. Biawak? Iya, predator ikan ini akan banyak dijumpai disepanjang aliran sungai elo. Bisa jadi karena aliran sungi Elo yang cenderung kalem membuat ikan-ikan air tawar mudah berkembang biak, dan naluri biawak-biawak liar yang gemar menyantab ikan air tawar tersebut membuatnya nyaman mendiami tempat ini dan akhirnya beranak pinak ditepian sungai. Ngeri-ngeri sedap oie


Salah satu spot sungai Elo yang mebuat saya sangat takjub adalah dibagian aliran yang menyempit berkelok dengan dinding sungai menjulang. Guratan padas keras yang menggendong wungkul pohon bambu Ori yang rimbun melamunkan angan saya pada Grand Canyon. Elho.lho.. Sudah pernah ke Grand Canyon mas? saya mah cuma tahu dari tipi klo itu memang mirip Grand Canyon. duh..

di area ini lebar sungai lumayan sempit sehingga hanya muat satu perahu untuk lewat. selain berkelok-kelok aliran airnya ternyata juga lebih deras. berkali-kali perahu yang kami  tumpangi membentur keras kedua sisi dinding padas sungai. spining-spining gayeng pokoknya.

Tak terasa sudah lebih dari 1 jam perjalanan jeram di sungai elo, otot lenganpun rasanya sudah mulai metenteng. haus yang menggantung dikerongkongan rasanya semakin menjadi saja. Padahal sudah beberapa kali ngicipi tanpa sengaja air sungai yang anyep-anyep sepet. 

Untunglah mase skipper memberi aba-aba untuk menepikan perahu. 

"kita sudah sampai di separuh perjalanan, di bibir sungai sudah disedian minuman dan snack, monggo-monggo" kata mase skiper.


Aneka snack tradisional dan kue basah telah tersaji di wadah Tempah yang sudah disediakan. Sekitar 15 menit kami beristirahat sambil menikmati air kelapa yang legit dan segar.


Kandas

Etape selanjutnya pun dimulai setelah jeda. Pada bagian ini biasanya ada drama yang disajikan oleh tim skipper untuk menggayengkan suasana.
Mulai mentarget peserta lain untuk di ceburkan ke air, hingga perahu yang sengaja dibalikkan oleh skipper sehingga semua penumpang ambyur, Byur...


https://fanfanorange.blogspot.com

ketika melewati area spot yang alirannya tenang kita dipersilahkan untuk berenang atau sekedar ngeli kungkum mengikuti aliran air. Jian sudah sudah mirip buris rowo !!!

Jeram di etape kedua ini tak kalah menantang. aliran sungai yang lebih lebar, dan beberapa jeram mempunya karaktrer lebih panjang. Adrenalinpun  terpacu untuk adu sprint dengan rombongan lain. 

sepertinya nasib kurang beruntung menggelayuti perahu karet kami. perahu yang kami tumpangi mengalami kebocoran huebat saat menghantam batu terjal. kamipun terseok-seok kandas. dan jauh tertinggal. 
beberapa kali kami menepikan perahu untuk ngompo tambah angin. hadeuh buyar nomuro uno dech.. 

"Ra papa. serunya malah jadi cerita to" kekeh mase skipper yang sepertinya mensengaja atas drama bocornya perahu kami.


Menjelang  finish point di jembatan Blondo ada satu pemandangan yang sangat menarik mata saya, yaitu batu berukuran besar dengan bekas tapak raksasa. 


konon jejak di batu tersebut adalah tapak Budha. Lokasi batu tapak Budha berada di pinggir sungai Elo, tepat di belakang Vihara Budha Mendut. 


Setelah melewati batu tapak Budha tersebut dengan susah payah kami meminggirkan perahu di finish point. Perahu yang kami naiki saat itu sudah nyaris karam. Walah..


dan dipenghujung usai akhirnya petualangan rafting disungai Elo pun selasai. cerita raftingpun tunai sudah dengan sumringah dan ditutup dengan koor tawa kami bersama.

Kewer bosku...  

Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..