Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts

Membiru di Simpang Pemalang

June 17, 2025 Add Comment

Pertigaan Jalan Pemuda, Pemalang.
Akhirnya saya mengunjungi tempat rumah maya ini. rasanya terlampau lama lebih dari beberapa putaran tahun membiarkannya sunyi layaknya tak berpenghuni. Ada banyak alasan yang membuat rasa enggan teramat tebal hingga tak ada jawaban kenapa harus kembali  rutin menulis di disini. 

Hingga di pertengahan 2025ini saya ingin berdamai, menziarahi hal yang telah lalu. ya, saya mencoba lagi pulang. 


kantor PLN ULP Pemalang, ada resto di depanya, oiya tulisan ini terketik di situ rupanya

Berawal dari rasa mangu yang terus mengganjal, hingga saya menyintas di jalur romantikanya pulau jawa, Pantura. 

Adalah jelujur jalan Pantura tepatnya di arah ke barat selepas keluar dari semarang, kurang lebihnya di daerah kendal hingga pemalang. mungkin perasaan saya saja yang sedang terkantuk kabut sentimentil sehingga jalur ini ikut jua larut dalam termangunya yang serasa abadi.

Saat saya melintas di simpang tiga Pemalang, saya kok jadi teringat buku lama semasa kuliah dulu.  Judulnya peristiwa tiga daerah, karya tulisan Anton E Lukas . Waktu itu saya tak berkesempatan memiliki buku aslinya, namun saya punya fotokopian nya. Loh salah ga ya? Sudah copy-nya buram lagi. 

Ya memang benar adanya, pemalang bukan melulu tentang peristiwa Oktober hingga Desember  tujuh puluh sembilan tahun yang lalu, masih ada banyak hal lainnya, nanas madu, atau bahkan kuliner khas pantura yang menggoda misalnya. tetapi entah mengapa setiap melintasi Pemalang saya selalu terngiang akan peristiwa kelabu tersebut. mungkin perkataan salah satu kawan lama saya memang benar adanya, bahwa cara bekerja ingatan seseorang itu seperti bawang merah, maksudnya tersusun secara berlapis-lapis namun kesemuanya saling terkait walaupun ada kalanya keterkaitan itu akhirnya terkelupas seiring waktu. ah jadi agak melenceng jauh kan?  

Ya anggap saja saya terdisrupsi elegi. 

Salam jumpa kembali, terimakasih selalu ada rajin berkunjung di blog ini bahkan masih meninggalkan komentar di tulisan lama saya..

Candi sojiwan, eksotisnya candi budha yang tersembunyi

February 01, 2016 Add Comment
Candi Sojiwan berada di Dukuh Kalongan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten. letaknya yang sedikit tersembunyi menjadikan candi Sojiwan kurang begitu di kenal. 
Sebenarnya Candi ini hanya berjarak 2 km di selatan candi Prambanan. Untuk menuju ke candi ini tidaklah sulit. Dari arah Solo atau Jogja, Anda mencari tugu batas propinsi dulu, Perhatikan bahwa ada jalan kecil di sebelah selatan tugu ini. Masuklah ke jalan tersebut.Setelah melewati rel kereta api, kira-kira 300 meter Anda akan menemukan pertigaan. Ambil jalan yang lurus menuju desa Kebon Dalem Kidul. Kira-kira 400 meter Anda akan menemukan jalan ke arah kiri (timur). Masuklah dan susuri jalan ini. Setelah 200 meter, Anda sudah sampai di lokasi.
Setelah sampai, laporlah lebih dulu ke pos satpam. Anda akan diminta mengisi buku tamu.
Tidak ada karcis masuk yang harus dibeli, namun sebaiknya Anda memberi uang kopi kepada penjaganya. Besarnya sesuai kerelaan Anda. Setelah puas mengunjungi candi Sojiwan, Anda dapat meneruskan perjalanan ke candi Boko, candi Barong dan candi Ijo.
Dongeng Hewan
Keunikan lain dari candi Sojiwan ialah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Cerita-cerita ini berupa fabel, yaitu kisah tentang hewan yang mengandung kebijaksanaan bagi manusia. Ada teori yang mengatakan bahwa Fabel Aesop yang terkenal itu merupakan turunan dari kisah Pacantantra ini. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada.
Sejarah pendirian Candi sojiwan
Candi Sojiwan dibangun setelah terjadi komplikasi dari perkawinan politik di antara dua dinasti yang berkuasa di Jawa pada abad ke-9 M.  Saat itu wilayah Selatan dikuasai oleh wangsa Sanjaya beragama Hindu Siwa, sedangkan wilayah utara didominasi oleh wangsa Syailendra yang menganut Budha Mahayana. Perebutan pengaruh menimbulkan ketegangan sehingga ditempuh upaya perdamaian yaitu dengan menikahkan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya dengan Pramodawardhani dari wangsa Syailendra, dinikahkan untuk meredam konflik tersebut.Pernikahan ini ditentang oleh saudara Pramodawardhani, yang bernama Balaputra Dewa. Maka perang pun tak terhindarkan. Balaputra Dewa berhasil dikalahkan oleh Rakai Pikatan sehingga melarikan diri ke Sumatera. Di sana dia membangun kerajaan Sriwijaya.Sementara itu, rakai Pikatan dan isterinya bahu-membahu membangun kehidupan harmonis antara pemeluk Hindu Syiwa dengan Budha Mahayana. Mereka ingin supaya keduaagama tersebut dapat terus hidup dan berkembang dengan damai dan saling menghormati. Sebagai buktinya, Rakai Pikatan membangun candi Prambanan yang bercorak Hindu. Namundalam radius kurang dari 5 meter, candi Hindu ini dikelilingi candi-candi Budha seperti Kalasan, Plaosan, Sewu dan Sojiwan.Candi Sojiwan ini bercorak agama Buddha. Hal ini dibuktikan dengan bentuk candiyang memiliki beberapa stupa. Candi ini dibangun kira-kira pada pertengahan abad ke-9.Menurut beberapa prasasti yang sekarang disimpan di Museum Nasional , candi Sojiwankurang lebih dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dibangun kurang lebihpada saat yang sama dengan candi Plaosan.
Pemugaran
Penelitian terhadap candi ini sudah dirintis sejak tahun 1813 oleh Mackenzie, seorang penjelajah Barat, anak buah Raffles. Pemetaan kembali dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 1893. Dan pada tahun 1950, candi ini sebenarnya sudah mulai dibangun kembali. Akantetapi gempa yang menggoncang Jawa Tengah pada tahun 2006 silam menyebabkan candi iniruntuh lagi. Untuk itu dilakukan pemugaran kembali. Pada akhir tahun 2011, bangunan indukcandi Sojiwan telah selesai dan diresmikan.Candi induk menghadap ke arah barat. Dasar candi berbentuk segi empat. Selasar atauteras berada di atas dasar candi, mengelilingi badan candi. Pintu candi memiliki penampil yang menjorok ke depan juga dilengkapi tangga bersayap yang ujungnya relief Kalamakara.Pada kanan dan kiri tangga terdapat relief. Demikian pula pada dasar candi serta bagian pintu.Umumnya, relief bercirikan candi Budha, antara lain makhluk kerdil dan Kinari-Kinari atau makhluk bersayap penghuni kahyangan. Pada sudut-sudut candi terdapat relief Simbar , yang lainnya adalah Jaladwara atau saluran air.Badan candi ini berbentuk segi empat. Di dalamnya ada sebuah bilik namun sudah kosong. Diperkirakan dulu berisi arca karena terdapat tiga lapik berbentuk bunga teratai.

Featured Post

Membiru di Simpang Pemalang

Pertigaan Jalan Pemuda, Pemalang. Akhirnya saya mengunjungi tempat rumah maya ini. rasanya terlampau lama lebih dari beberapa putaran tahun ...

Artikel lainya gan..