Membiru di Simpang Pemalang
![]() |
Pertigaan Jalan Pemuda, Pemalang. |
Hingga di pertengahan 2025ini saya ingin berdamai, menziarahi hal yang telah lalu. ya, saya mencoba lagi pulang.
![]() |
kantor PLN ULP Pemalang, ada resto di depanya, oiya tulisan ini terketik di situ rupanya |
Berawal dari rasa mangu yang terus mengganjal, hingga saya menyintas di jalur romantikanya pulau jawa, Pantura.
Adalah jelujur jalan Pantura tepatnya di arah ke barat selepas keluar dari semarang, kurang lebihnya di daerah kendal hingga pemalang. mungkin perasaan saya saja yang sedang terkantuk kabut sentimentil sehingga jalur ini ikut jua larut dalam termangunya yang serasa abadi.
Saat saya melintas di simpang tiga Pemalang, saya kok jadi teringat buku lama semasa kuliah dulu. Judulnya peristiwa tiga daerah, karya tulisan Anton E Lukas . Waktu itu saya tak berkesempatan memiliki buku aslinya, namun saya punya fotokopian nya. Loh salah ga ya? Sudah copy-nya buram lagi.
Ya memang benar adanya, pemalang bukan melulu tentang peristiwa Oktober hingga Desember tujuh puluh sembilan tahun yang lalu, masih ada banyak hal lainnya, nanas madu, atau bahkan kuliner khas pantura yang menggoda misalnya. tetapi entah mengapa setiap melintasi Pemalang saya selalu terngiang akan peristiwa kelabu tersebut. mungkin perkataan salah satu kawan lama saya memang benar adanya, bahwa cara bekerja ingatan seseorang itu seperti bawang merah, maksudnya tersusun secara berlapis-lapis namun kesemuanya saling terkait walaupun ada kalanya keterkaitan itu akhirnya terkelupas seiring waktu. ah jadi agak melenceng jauh kan?
Ya anggap saja saya terdisrupsi elegi.
Salam jumpa kembali, terimakasih selalu ada rajin berkunjung di blog ini bahkan masih meninggalkan komentar di tulisan lama saya..