Membicarakan kiprah scooter bajaj 150 deluxe dan bajaj 150
super di jalanan indonesia tentunya tidak bisa di pisahkan dengan mulai
tumbuhnya budaya konsumtif masyarakat dalam membelanjakan dana untuk sebuah
kendaraan. Hadir dengan warna-warna body pastel, membuat scoter bajaj bak putri
cantik yang genit manja. Dengan cepat bajaj 150 deluxe dan bajaj 150 super
dimiliki oleh kalangan berduit yang sedang gandrung tebar pesona.
Bayangkan secara
harga hampir tiga kali lipat dari harga motor bebek dari jepang. Alih-alih dengan
harga mahal membuat kendaraan bermesin genap 149 cc ini tak laku, ternyata permintaan
malah tak surut kendor. Laris manis istilahnya.
Meneropong masa lalu tepatnya sekitar pertengahan tahun 70an
sulit rasanya jika menggambarkan keadaan ekonomi masyarakat dengan konsidisi
ekonomi negara yang sedang “untung besar”. Adalah bulan madu harga minyak bumi
yang harganya terkerek menggila ditambah dengan eforia kestabilan pembangunan
yang terus didengungkan pemerintah orde baru. Hal ini membuat kalap masyarakat berduit
lebih untuk bergabung berebut naik status sosial dengan meminang sebuah
kendaran. Istilahnya ngehe waktu itu
belum sah disebut kaya kalau belum punya scooter vespa, tentunya scooter bajaj
ikut terciprat pamornya juga.
Namun ternyata keadaan tak berlangsung lama, hanya segebyar
dua gebyar saja. Kapitalisasi industri otomotif dari jepang yang agresif dengan menghadirkan kendaraan bermotor
dengan harga murah, dan irit bahan bakar ternyata menuai sukses besar. melalui brand
honda, yamaha dan suzuki, trio jepang ini langsung menjadi pemimpin pasar
sejak akhir tahun 70an. ceruk pangsa pasar scooterpun lambat laun semakin menipis
kuenya.
Mengkeretnya pangsa pasar scooter semakin menjadi setelah
resesi ekonomi tahun 80an yang sunyi tetapi menyakitkan. Pangsa pasar scooter yang mengecil masih diperebutkan setidaknya tiga merk yaitu : vespa, bajaj, dan lambretta. Secara historis posisi brand bajaj tidaklah menguntungkan valuenya.
Lepas dari gonjang-ganjing persoalan akut yang mendera PT bintang terang (pemegang merek dagang scooter bajaj dan kawasaki di indonesia). ditambah ketidakstabilan ekonomi yang berlarut-larut turut andil dalam menenggelamkan nama scooter
bajaj di nusantara. Indikasi tetanda rubuhnya ekonomi tahun 80an tercermin dengan
defisitnya pendapatan pertamina (setidaknya istilah halus dari bangkrut) pada awal
taun 1980an akibat tumbangnya harga minyak hingga level terendah dalam sejarah.
Keadaan kas negara waktu itu konon kabarnya ludes diujung tanduk. Belum lagi beragam drama koruptif di hampir semua perusahaan milik negara silih
berganti mengemuka.
Karena begitu linglungnya pemangku kebijakan dalam
mengantisipasi kondisi ekonomi negara. munculah salah satu kebijakan tak
populer yang diambil. adalah devaluasi nilai mata uang rupiah terhadap dollar
US. Lagi-lagi nilai tukar rupiah pada dollar US harus ditambal.
Apakah masyarakat kita terbelalak pada kenyataan waktu
itu?sepertinya tidak. Kegentingan krisis ekonomi seperti ditutup rapat-rapat
oleh pemerintah orde baru. Dan hanya
menjadi bisik-bisik sunyi dari segelintir di lingkungan elit saja. Yang terjadi
di masyarakat khususnya tukang bakul
adalah pola ganti harga secara masif dan sepihak. Pokoknya sejak tahun 80an
semua harga kendaraan naik 1 digit harganya.
Ibaratnya kena pukulan upper
cut double-bouble dari seoarang muhammad ali, sektor industri otomotif baik
roda dua dan roda 4 seperti terantai pada lantai dan tumbang. Kredit macet dan mbulet teramat gamblang untuk disebut jadi
nyata. Kondisi terkritis tentunya dialami brand bajaj. Ibarat anak anyam sudah
kehilangan induknya, ternyata masih ditambah dihardik dari halaman pekarangan
pemilik rumah. Jangankan berinovasi melahirkan produk dengan teknologi baru
sesuai tuntutan jaman seperti kompetitor terutama piagio vespa yang melahirkan
vespa 150 px yang lahir tulen dari pabrik DanMotor. teknologi bajaj deluxe dan super
seperti selangkah tertinggal dalam teknologi.
Metode pemasaran dengan kredit yang menjadi andalan bajaj
seperti mati kutu saat resesi ekonomi. Cashflow perusahaan seolah
mampet karena persoalan kredit macet. Sekedar bertahan dengan terus memantek
emblem bajaj di tebeng depan saja rasanya sulit dilakukan. makanya jangan kaget
kalau menemukan scooter bajaj tapi pakai emblem di tebeng pakai tulisan vespa. Praktik ini sejak tahun 80an ternyata sudah jamak dilakukan.
Selain karena faktor kompetisi yang tidak menguntungkan lagi,
merosotnya pamor scooter bajaj juga disebabkan dari ulah internal perusahahan
sendiri. Usut punya usut ternyata PT Bintang Terang Bekasi yang mendatangkan bajaj
dari negeri india sudah divonis bangkrut karena terlilit utang akut pada tahun
1980.
Kondisi tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa borok legalitas dokumenya terkuak. Istilah menohok waktu itu PT bintang terang terbukti “main kayu” dalam dokumen impornya. Duh nasib bajaj.
Kondisi tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa borok legalitas dokumenya terkuak. Istilah menohok waktu itu PT bintang terang terbukti “main kayu” dalam dokumen impornya. Duh nasib bajaj.
0 Komentar
Monggo sharing komentar dan pengalaman di bawah ini dengan merdeka asal, tanpa menjatuhkan sesama dan SARA.. Matur Tengkiyu