Semut ireng Anak anak sapi
Kebo bongkang anyabarang kali bengawan
Keong kondhang jarak sungute Timun
wuku ron wolu
Suroboyo geger kepati pati
Gegere wong ngoyak macan
Cinandak wadahi bumbung
Alun-alun kartosuro Gajah meto
cinancang wit sidoguri
Mati cineker pitik trondol
Penggalan
tembang Dandanggulo diatas pasti tidak asing lagi, terutama yang pernah
menghabiskan masa kecil di desa.
Ada yang menyebutkan bahwa tembang dandanggulo tersebut karya kanjeng sunan Kalijoga, ada pula yang menyetakan karya dandanggulo semut ireng anak-anak sapi ini karya maestro Joyoboyo. Namun satu benang merah diantara keduanya adalah kesamaan persepsi atau cara pandang yang sarat makna. Bertutur dari generasi tua ke generasi muda (yang menurut saya sangat “makjleb”) agar menjadi generasi yang lebih baik dan berguna.
Ada yang menyebutkan bahwa tembang dandanggulo tersebut karya kanjeng sunan Kalijoga, ada pula yang menyetakan karya dandanggulo semut ireng anak-anak sapi ini karya maestro Joyoboyo. Namun satu benang merah diantara keduanya adalah kesamaan persepsi atau cara pandang yang sarat makna. Bertutur dari generasi tua ke generasi muda (yang menurut saya sangat “makjleb”) agar menjadi generasi yang lebih baik dan berguna.
Simbah
saya (nama simbah kakung saya Joyo Sadikun..sungkem suwon simbah mugi tentrem
ing ngarsanipun Gusti lan kalebet ing suarginipun Allah aamiin) dulu sering
menyanyikan tembang ini sebagai pengantar tidur. Bait kedua biasanya saya
sering nyaut saat simbah kakung “membabar” artinya “kebo ginuk-ginuk kok isoh
nyabrang kali guede yo le” “isoh lo kung, wong aku pernah iruh kebo nglangi
neng oro-oro jimbung” melihat kerbau berenang di rowo jimbung merupakan
pengalaman pertama saya pas di ajak simbah Martho tetangga simbah putri
Maemunah ketika masih tinggal di dusun ngruweng (sebelah utara paseban makam
sunan tembayat) walah kok dadi ngelantur…uhuk uhuk…
Hingga
saat ini terjemahan dan tafsiran tembang dandanggulo tersebut sudah banyak.
Namun dalam tulisan ini saya mencoba menafsirkan “uro-orone simbah” menurut
versi perenungan saya..
mohon maaf jika ada lancang kata dan salah makna..nuwon
mohon maaf jika ada lancang kata dan salah makna..nuwon
***********
Semut ireng Anak-anak sapi
Kebo bongkang anyabarang kali bengawan
Sebuah
simbul hadirnya orang besar atau pemimpin besar dari dari kalangan khalayak
kebanyakan. Yang menjadi cirri pembeda dari seorang pemimpin besar adalah
semangat kebo bongkang atau kerbau kuat dan pekerja keras yang mempunyai
keberanian menlewati haling rintang yang selalu membelenggu.
Keong kondhang jarak sungute Timun
wuku ron wolu
Suroboyo geger kepati pati
Ini
sebuah kiasan nasehat dari si pengarang tembang kepada generasi mendatang agar
lebih bisa melihat jauh kedepan jangan hanya seperti keong atau siput biasa yang
lambat dan rabun tetapi keong yang berani menjulurkan mata dan melihat
sejelas-jelasnya, melihat persoalan dari banyak sudut pandang, mendengar masukan
dan nasihat dari orang lain, hingga membuat keputusan yang arif dan bijak. Suroboyo geger kepati pati adalah
lambang kehidupan keduniawian yang yang seolah tiada akhir, saling rebut saling
sikut, saling serakah saling menyakiti seperti pertempuran antara suro dan boyo
yang harus terjadi secara abadi untuk menunjukkan siapa yang paling kuat.
Gegere wong ngoyak macan
Cinandak wadahi bumbung
Suksesi pemimpin selalu menimbulkan “horeg", rebut ribut saling adu kuat demi mendapatkan “macan” atau pengajuan raja, namun setelah tercapai keinginannya semua menjadi kehilangan makna. Makna Raja yang seharusnya mengayomi dan memakmurkan rakyatnya selalu disembunyikan, dan terpenjarakan. Pemimpin selalu saja menindas dan lupa jati dirinya, lupa asal usulnya, lupa pada semut ireng asal usulnya.
Alun-alun kartosuro Gajah meto cinancang wit sidoguri
Mati cineker pitik trondol
Yang dilihat dan didengar pemimpin atau penguasa yang lupa asal usulnya adalah hanya “alun-alun” hanya melulu yang ada disekitarnay saja, tidak mendengarkan langsung rakyatnya, kalau rakyatnya teriak susah didengar suka mengeluh, kalau rakyatnya mengusulkan perubahan didengar mengancam kekuasaan dan mengajak perang.
Gajah meto cinancang wit sidoguri melambangkan tokoh agama, orang pandai, dan pengingat sejarah yang seharusnya selalu ada disisi seorang raja yang sesungguhnya ikut keblinger berebut pengaruh kekuasaan. Mereka yang seharusnya sebagai tempat bertanya, sebagai tempat meminta pertimbangan dari rakyat jelata melupakan tempatnya. Orang pandai ilmu dan pandai agama lebih sibuk mengurusi hal remeh temeh. Hingga rasa percaya rakyat dan pemimpin semakin hilang pada mereka. Hingga rakyat dan pemimpin lebih mendengarkan hasutan dari “ayam trondol” atau perlambangan orang yang suka menghasut, mengadu domba dan bikin ulah namun tidak mau mengakui perbuatan jahatnya.
Apakah
pembesar negeri ini yang sekarang tengah berebut kuasa sekarang seperti ini? Wallahualam…sayapun tak tahu. Namun jelas leluhur dan pendahulu
kita telah mengajarkan nasehat yang luar biasa kepada kita. Mereka telah mengajarkan senandungkan kidung kedamaian, berharap masa depan anak cucu penerus mereka
tidak lupa asal usulnya. selalu ingat dari mana mereka berasal. Salam….
Apik kuwi Mas, aku njur kelingan Pak Syaifullah Mahyudin, guru (dosenku), dulu sering memberi tugas mencari lagu-lagu rakyat, berbahasa Jawa, padahal dia orang Medan, untuk membuat makalah dan diberi penafsiran sesuai dengan mata kuliah yang dia ampu. saya mencarinya di Majalah Semangat dan Joyoboyo.
ReplyDeleteWah majalah bahasa Jawa legend itu mas,sayang generasi sekarang malah semakin jarang yang mengakrabinya..
Deletesaya asli Desa Wiro, Kecamatan Bayat. Tonggo dukuh dg Ngruweng. Admin jg punya keluarga besar di Ngruweng. Izin copas ya.
ReplyDeletesalam kenal kembali, monggo2 mawon mas, suwon sudah mampir dimari
DeleteItu kalo dhandhanggula, guṛu wilanyan dan guru lagunya perlu dicek.
ReplyDeleteLeres...
DeleteGuru gatra, guru wilangan lan guru lagunipun sampun wonten paugeran ingkang maton...
10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a
Luar biasa artikel ini
ReplyDeleteBagus sekali Mas sangat mengispirasi bagi generasi . Kalau kita mau menerjemahkan tembang macapat karangan para leluhur sebenarnya merupakan penggambaran manusia hidup di bumi ini
ReplyDeleteTembang Semut Ireng secara umum bisa ditakwilakan sebagai gambaran masa kini dan warning untuk masa depan.Tembang Farel pada tgl 17 Agt 2022 yang lalu juga dapat dimaknai bahwa Jokowi itu pilih tanding walaupun berasal dari wong cilik sekarang bisa jadi Presiden bahkan ada 10 Kepala Negara yang mengingikan Jokowi jadi Sekjen PBB. Kata "ojo dibanding-bandingke" dalam nyanyian Farel berarti tidak sembarang orang bisa menandingi Jokowi dalam kinerjanya dalam mensejahterakan masyarakat.
ReplyDeleteDalam budaya Jawa ada pasemon yang berupa kata atau kalimat yang tidak bisa diartikan secara lahiriyah harus ditangkap secara batiniyah. Kata semut bisa berarti rakyat kecil. Gajah berarti orang tinggi atau besar martabatnya.
ReplyDeleteAda penafsiran si mbah yang lain terkait akhir kisah tersebut, (gajah) mati cineker pitik trondol bermakna, raja/pemimpin yang lalai tersebut akhirnya diturunkan paksa oleh rakyatnya,
ReplyDelete