Showing posts with label museum kereta api ambarawa. Show all posts
Showing posts with label museum kereta api ambarawa. Show all posts

Mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa, Mensaksi Kereta Uap Tua Mengasapi Kota Palagan

April 26, 2019 1 Comment
Kemasyuran nama kota Palagan yang tersemat untuk Ambarawa menggeregetkan rasa penasaran. adalah museum kereta api Ambarawa yang membuat saya tergelitik untuk sedikit menjumput ceritanya. museum ini dulunya adalah sebuah stasiun kereta api milik pemerintah kolonial Hindia Belanda yang awalnya diperuntukkan untuk memperlancar distribusi logistik militer dan hasil perkebunan seperti kopi, tembakau dari wilayah vorstenlanden dan sekitarnya untuk diangkut ke semarang.


mulai beroperasi sejak 21 mei 1873 stasiun ambarawa atau willem I lambat laun semakin berkembang dan menjadi stasiun kereta kategori stasiun kelas I. artinya stasiun ini juga melayani penumpang komersial. akan tetapi hanya terbatas khusus untuk golongan eropa dan pembesar pribumi. 

tertopangnya suplai logistik untuk kebutuhan militer sejak beroperasinya stasiun ini membuat denyut kekuatan militer garnisun benteng Willem I semakin kuat. selain itu lokasinya yang strategis tepat diantara wilayah vorstenlanden dan semarang membuat pergerakan kekuatan militer semakin efektif. Willem I akhirnya juga menjadi nama stasiun kereta api ini sejak saat itu.  



Liat jam seperti ini?pasti di stasiun kereta api

saat usia operasional genap seabad seolah menjadi titik ironi akhir samar stasiun ini. kisaran tahun 1976 stasiun Ambarawa di vonis mati oleh pemerintah orde baru waktu itu. Selanjutnya stasiun ini beralih fungsi menjadi persemayaman akhir kereta api tua sisa masa kolonial yang purna tugas. 


ini terjadi karena jalur kereta api rute Yogyakarta-Magelang-Secang-Ambarawa jalurnya hancur dan tak memungkinkan lagi untuk dilalui. petaka ini akibat bencana erupsi gunung merapi tahun 1972. selain karena faktor alam, jenis rel kereta yang dipergunakan rute ini sudah tidak familiar dengan jenis kereta api modern. praktis sejak saat itu stasiun Ambarawa menjadi terisolir dari rute jalur kereta.



stasiun ambarawa tampak masih kokoh

menuju tempat ini butuh waktu sekitar dua jam perjalanan dari rumah di klaten dengan sepeda motor. sekitar pukul 13.00 sepeda motor yang kami tumpangi bertiga sampai juga diparkiran museum kereta api terlengkap di Indonesia bahkan se-asia tenggara ini. mendung yang menggumpal di langit-langit Ambarawa medikit mengkawatiri saat saya melangkah ke loket pintu masuk. 



langit mendung di atas museum ambarawa

oiya tiket masuk ke museum ambarawa sebesar Rp. 10.000 untuk setiap pengunjung. sedangkan tiket untuk naik kereta api wisata reguler adalah 50.000 untuk rute ambarawa-tuntang. lokomotif diesel vintage kereta wisata ini akan membawa para pelancong dari stasiun ambara menuju Bedono tuntang dengan melewati jalur legendarisnya disekujur bibir rowo pening. sayang siang itu pemberangkatan kereta api wisata untuk slot siang dibatalkan karena kereta api mengalami trouble dipagi harinya. tak apalah.. 

foto bersama pekerja perkeretaapian semarang tahun 1918

Sesaat setelah dipersilahkan petugas untuk memasuki museum, lorong jalan yang panjang langsung menyambut kami. lantai tegel putih pucat dengan tiang-tiang baja yang menyangga selasar seperti menghanyutkan ke mesin waktu. 


Lorong pintu masuk ke stasiun Ambarawa 

rasanya seperti sedang berjalan memasuki bangsal-bangsal rumah sakit tua masa kolonial. disisi kiri berderet lokomotif kereta uap tua mayoritas warna hitam legam mematung diam. 



deretan lokomotif tua

konon di museum amabarawa ini ada 21 kereta uap dan diesel yang menjadi koleksinya. tiga diantaranya masih beroperasi untuk wisata. satu lokomotif deisel vintage dan dua lainya loko uap buatan Hannoversche Maschinenbau Jerman dan Maschinenfabriek Esslingen Swiss. 


Pintu grendel jumbo

setelah masuk komplek museum stasiun bangunan pertama yang kami jumpai adalah gedung loket tiket kereta. bangunan bergaya kolonial dengan pintu geser grendel besar nampak masih sangat terawat. dahulu tempat ini dijadikan sebagai loket penjualan tiket di stasiun ambarawa. pernik-pernik peninggalan kerja tiketing stasiun nampak tersusun rapi dalam meja-meja koleksi. mesin ketik tua, alat hitung yang biasa dibawa controler mador kereta,hingga mesin pencetak tiket mematung tak bergeming melompati jaman. 


sayapun melanjutkan langkah kaki keselatan, tempat dimana nampak rumah kayu kusam dengan atap seng dan genting yang sudah rapuh. rumah-rumah kecil ini dahulu adalah halte kereta api. hampir semua halte tersebut dibuat oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (N.I.S.M) sebuah perusahaan partikelir yang menjadi operator kereta api di jawa pada tahun 1922. halte-halte ini dulunya adalah tempat pemberhentian kereta api feeder yang melayani rute dari stasiun Purwosari Solo menuju stasiun Wonogiri.

Halte kereta Kronelan

Halte Tekaran
Selain sebagai tempat naik dan turunya penumpang kereta api, dari halte ini tiket kereta bisa dibeli secara langsung. sekilas bentuk Halte ini mengingatkan saya pada masa kanak saya dulu, yaitu loket penjualan tiket pertunjukan Toenil dan wayang orang di dukuh Kerten,  Sabanglor, Trucuk.  


ini dia loketnya..ada yang pernah ke pasar malem?

slot kunci grendel

setelah beberapa saat istirahat mendinginkan keringat, saya melangkahkan kaki menuju arah timur, tepatnya bangunan utama stasiun Ambarawa. bangunan megah berangka baja tua yang membentang mensingup magis aroma kolonial. baja kerangka stasiun yang didatangkan langsung dari pabrik pengecoran baja di amsterdam ini nampak masih kokoh menggilas waktu. 


lantau ubin bergalzur kotak tahu

lantai bertegel kuning kunir dengan motif tekstur kotak-kotak kecil nampak masih mengkilap menghampar seisi teras stasiun. rupanya tegel atau ubin ini pesanan khusus dari sebuah pabrik di Maastricth Belanda. awet juga hingga sampai sekarang, bahkan  masih keset rasanya. 
Alas kaki pun saya tanggalkan untuk sekedar membersamai telapak kaki menderitkan lantai tegel. 


Anginpun menghembus lebih rapat, rintik hujan dari kalut mendung yang sedari tadi menggantung di langit Ambarawa turun begitu lebatnya. 
tetes hujan yang menderas membasahi kanopi stasiun membuat suara kemrengseng. pengunjungpun nampak larut dalam obrolan masing-masing tenggelam membuang waktu di sudut-sudut stasiun. 


saat hujan mensyahdu  


berhubung sore itu ada rombongan sebuah BUMN yang sedang booking sewa kereta wisata Lokomotif uap, setiap sudup stasiun padat dengan pengunjung. ada sedikit kelegaan bisa melihat kereta uap BB B2502 akan menunaikan tugas mengantar penumpang untuk relaasi Ambarawa-Bedono PP. Rute ini akan melewati pinggiran rawa pening dengan hamparan sawahnya yang kimplah-kimplah.


Hujan yang tak kunjung reda membuat waktu tunggu semakin terasa lama. dari pengeras suara stasiun dikabarkan bahwa jadwal keberangkatan kereta wisata ada kerterlambatan pemberangkatan. sambil sesekali memfoto beberapa sudut stasiun sayapun mencoba mendekat ke bangunan tengah di stasiun Ambarawa.



kereta Ambarawa yang ngehit di IG



ini juga



Perkakas di dalam gerbong kereta, entah fungsinya apa


ruang tunggu utama stasiun ambarawa

ada setidaknya dua bangunan utama ditengah stasiun sebagai ruang tunggu penumpang. ruang tunggu khusus penumpang kulit putih eropa, dan ruang tunggu penumpang non eropa. dari kedua bangunan tersebut nampak jelas pembedaan standard ganda yang diperlakukan oleh penguasa kolonial dalam melayani penumpang. 



ruang tunggu khusus penumpang eropa tampak jauh lebih mewah. warna ubin lantainyapun berbeda. lebih halus dan bermotif. dahulu diruang tunggu ini dilengkapi dengan bar yang menyajikan rupa-rupa jenis minuman mahal seperti wine dan kawan-kawanya yang didatangkan dari Belanda. sedangkan ruang tunggu penumpang non eropa lantainya tak beda dengan lantai diselasar luar stasiun yaitu tegel kuning kunir dengan motif tahu kotak-kotak. sayang sekali saya tak bisa mengabadikan foto didalam ruang ini karena saking banyaknya pengunjung yang duduk-duduk didalam ruang tunggu. 



menunggu itu menjemukan bukan?

Setelah beberapa waktu sesekali terdengar suara menyalak dari terompet katup ketel uap kereta dari kejauhan, artinya pertanda kereta sudah hampir siap. para penumpang carteran kereta itupun nampak mulai beringsut mendekat bibir rel depan pemberhentian kereta. 


Hujan lebat di stasiun ambarawa

Kereta yang ditunggupun akhirnya datang juga saat hujan tinggal menyisakan rintik-rintik. dari kejauhan Lokomotif uap B2502 hitam nampak mengepulkan asap dari cerobongnya. mesin buatan Maschinenfabriek Esslingen Swiss ini berjalan mendayu pelan mendekat ke pemberhentian stasiun Ambarawa yang sedari tadi dinanti dengan gelisah para penumpangnya. 


Setelah lokomotif berbalik arah dan kembali ke depan stasiun, para penumpangpun mulai beringsut memenuhi bangku kursi gerbong dengan riuhnya. oiya tempat membalik arah lokomotif disebut turntable atau meja putar. berbentuk rangka bundar datar dari baja. tempat inilah yang membelokan lokomotif serta gerbong untuk berbalik arah.

Turntable, meja rel pembelok arah kereta api



gerbong belakang

Roda kereta mulain bergetar dan bergerak perlahan, katup ketel uap beberapa kali terbuka. nampak kepulan asap putih membumbung seiring dengan keluarnya suara khasnya ...Thuuuut...thuuut thuuuut, 
Besi hitam itupun membawa gerbong kereta menjauh, membawa lengkap semua nostalgianya membelah hujan rintik melewati pinggir rawa pening yang teduh. 


Hari ini kembali rindu langit Ambarawa tunai sudah, kepulan asap Lokomotif tua dengan tersesapi seabrek cerita dari jamanya. Sedangkan stasiun Ambarawa kembali menyepi, memangu menunggu pengunjungnya kembali. 

saat ditinggal pengunjung stasiun ini kembali mensunyi sendiri

Awan sisa mendung pun masih tertanggal di langit Ambarawa yang semakin sore, artinya sudah saatnya bergegas pulang. namun sebelum meninggalkan museum mampir sebentar untuk membeli bekal buah tangan berupa peyek ikan khas rawa pening yang dijajakan pedagang diluar museum. 




Adakah yang punya cerita tentang museum Ambarawa?


Featured Post

Nostalgia Sepeda Jengki Phoenix, sepeda China yang dimiliki hampir seluruh keluarga Indonesia

                    Pertengahan tahun 1965 Presiden pertama RI Soekarno pernah menumpahkan kekesalanya pada budaya barat yang mulai tersemai...

Artikel lainya gan..